Mohon tunggu...
Izadian Zaini Fahroji
Izadian Zaini Fahroji Mohon Tunggu... -

Best Selling Author | Motivator | Entrepreneur wwww.IzadianOfficial.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Agar Keberhasilan Menyerah Kepada Kita

25 Juli 2014   05:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:18 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam 17.21 WIb, waktu di laptop saya. Kurang lebih sepuluh menit lagi adzan maghrib dan kamipun bisa berbuka puasa. Hari ini ramadhan ke 15. Saya mengadakan buka bersama salah seorang teman baik saya.

Saya tahu istri saya jago memasak dan tentu saja dia akan dengan senang hati memasak buka puasa untuk kami. Dia suka memasak, itulah yang membuatnya tidak pernah menjadikan kegiatan itu beban baginya. Tidak hanya itu, setiap pagi dia bangun lebih dulu dibandingkan saya. Menyiapkan makan sahur untuk saya meskipun dia tidak puasa karena sedang hamil. Masakan istri memang selalu lebih nikmat. Dan yang jelas ketika kamu buka puasa di rumah kami bisa lebih santai dan yang jelas jauh lebih murah.

Karena tidak mau membuatnya lebih repot saya memutuskan untuk membeli takjil. Dari kemarin saya masih mikir apa ya kira-kira minuman segar yang cocok? Dan sepertinya es buah cocok untuk kami. Teringat di dekat rumah kami, persis di pinggir jalan raya sekitar 500 meter saya pernah melihat seorang penjual es buah. “Es buah segar Tasik”, begitu yang tertulis di gerobaknya. Di tempat yang menurut saya tidak terlalu menarik. Sebuah gerobak dan satu buah bangku, hanya itu fasilitas yang terlihat dengan jelas. Seadanya.

Terus terang kadang-kadang saya iba melihatnya. Berjualan sendirian dan kadang-kadang harus hujan-hujanan. Beberapa hari yang lalu saya melihatnya memindahkan gerobaknya ke beberapa ratus meter dari tempat itu. Dua atau tiga kali saya melihat dia melakukan hal yang sama. Sepertinya dia sedang trial and error mana tempat terbaik untuknya. Namun hari ini saya dapati dia kembali lagi ke tempat semula. Semoga rezekinya berlimpah di tempat ini.

Ketika saya pulang pergi beraktifitas memang saya mau tidak mau harus melewatinya. Melihat ketekunannya saya hanya bisa mendoakan semoga diberikan rezeki yang berlimpah. Yang membuat saya sedikit iba sekaligus salur adalah hampir tidak pernah ketika saya melewatinya saya dapati seseorang sedang membeli jualannya. Namun dia tetap gigih berjualan. Masih muda, mau berjuang. Saya suka anak muda seperti ini. InshAllah Tuhan memberikan imbalan atas kerja kerasnya.

Akhirnya sore ini saya membeli es buah disitu. Sambil menunggu pesanan saya selesai, saya mengobrol dengan mas penjualnya. Dari obrolan kami saya ketahui bahwa dia berasal dari Tasikmalaya Jawa Barat. Perjalanan yang cukup jauh untuk sampai di kota Ponorogo ini. Dia bercerita bahwa sudah 4 bulan merantau dan jualan es buah di tempat ini. Berarti kemungkinan sudah empat bulan juga saya melihatnya untuk pertama kali dan kemudian baru memutuskan untuk membelinya hari ini. Sambil melihatnya menyajikan es buah pesanan saya, saya bisa melihat tempat jualan yang sebenarnya tidak meyakinkan ini. Saya berjanji dalam hati : Jika tidak enak maka saya tidak akan pernah membelinya lagi, cukup hari ini saja. Jika enak mungkin saya akan menjadi salah satu pelanggan tetapnya. Tidak begitu lama, pesanan saya selesai. Saya langsung bergegas pulang ke rumah.

Sampai di rumah, beberapa menit kemudian adzan maghrib. Hidangan pertama yang kami sentuh tentu saja : es buah. Buka puasa memang es buah terlihat paling menarik. Bersyukur ternyata es buahnya cukup enak. Dengan harga yang sedemikian murah saya kira saya akan menjadi salah satu pelanggannya.

Saya kira kita bisa belajar ketekunan darinya. Empat bulan pantang menyerah membangun bisnisnya, dengan peralatan sederhana. Menjemput rezeki yang halal dari tempat yang begitu jauh dari tempat tinggalnya. Dengan sikap yang sabar, pantang menyerah dan beberapa kali melakukan perbaikan terutama dari segi lokasi.

Saya kira dia mulai memetik hasil dari perjuangannya. Di bulan puasa seperti ini es buah menjadi pilihan favorit banyak orang. Termasuk salah satunya penjual ini. Terbukti pula ketika saya mampir di warungnya stoknya sudah hampir habis. Alhamdulillah. Entah mengapa saya ikut bersyukur. Tuhan sayang dengan orang yang mau bekerja keras mengumpulkan rezekinya untuk keluarganya.

Bagaimana menurut Anda? Semoga kita termasuk orang yang sabar, pantang menyerah dan lebih tekun. Dengan ketekunan saya percaya Tuhan telah menyiapkan hadiahnya. Sukses akan menyerah kepada mereka yang bekerja keras dan pantang menyerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun