Afasia wernicke memicu gangguan berkomunikasi pada seseorang yang menderitanya. Afasia wernicke membuat orang yang menderitanya dapat fasih danlancar dalam berbicara tetapi apa yang telah diucapkan tersebut tidak memiliki arti atau makna. Afasia wernicke ini memiliki sebutan lain, yaitu afasia sensori dan afasia reseptif. Beberapa gejala yang ditimbulkan dari afasia wernicke antara lain :
- Berbicara atau mengucapkan kalimat yang tidak masuk di akal
- Tidak bisa menyadari kesalahan dari apa yang telah diucapkan
- Mengucapkan kata-kata yang tidak memiliki arti sama sekali
- Mencoba menambahi kata-kata sendiri ketika mengulangi ucapan seseorang dalam berbicara
- Senang menyela orang lain ketika berbicara dengan begitu cepat
Dari beberapa gejala tersebut, afasia wernicke juga memiliki ciri yang lain yaitu :
- Kesulitan dalam menulis dan membaca
- Kesulitan dalam memahami bahasa lisan
- Dapat memahami materi secara visual dibandingan secara lisan atau tulisan
- Lebih dominan mampu membentuk kemampuan kognitif/berpikir dari pada hal-hal yang berhubungan dengan bahasa
Pembahasan dari area broca dan area wernicke diatas tidak menyatakan bahwa hanya kedua bagian otak tersebut saja yang bekerja ketika kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Namun kenyataannya, peneliti Friederici menemukan jika hampir seluruh bagian otak berperan aktif ketika seseorang menggunakan bahasa untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H