Aku memanjatkan doa di depan pintu ka’bah
Menumpahkan semua daftar keinginanku
Ambisiku
Pesanan-pesanan doa dari sahabat dan kerabatku
Permohonan ampunan lengkap
Tak lupa memesan surga di akherat kelak
Lalu akupun mencari tempat untuk melaksanakan sholat sunat dua rakaat
Ditengah keramaian umat yang saling berebut tempat
Akupun mulai melaksanakan sholat
Namun diakhir rakaatku
Sesaat sebelum sujud
Tepat disisi kiri tempat kepalaku hendak kusungkurkan
Ada sepasang kaki yang sangat buruk, hitam dan korengan
Berdiri tegak tak bergerak
Sejenak pikiranku terusik
Dalam kebimbangan
Apakah aku akan menyempurnakan shalatku dengan bersujud disamping kaki buruk itu
Atau membatalkan sholatku dan mencari tempat lain untuk mengulang sholatku dari awal
Tapi hatiku membimbingku
Untuk menyempurnakan sujudku
Dan membiarkan kepalaku sejajar dengan kaki buruk itu
Allah menyapaku melalui kaki buruk disamping kepalaku
Bahwa disisiNya, . . . mungkin saja pemilik kaki buruk tadi memiliki derajat yang lebih tinggi dariku
Dan kepalaku yang isinya sangat kubanggakan ini
Ternyata dimataNya, . . . nilainya hanya sejajar dengan kaki buruk orang itu, . . .
Wallahualam, . . .
Terimakasih ya Allah, . . . Â Engkau telah menyapaku dengan caraMu
DirumahMu yang indah ini
Diantara berjuta-juta tamu yang datang mencariMu
Engkau sempatkan menyisipkan sebentuk kesadaran dihatiku
Semoga saja, . . .
Engkau sisakan tempat untukku dan keluargaku disurga kelak
Makkah, 2003
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H