Mohon tunggu...
Umniyati Kowi
Umniyati Kowi Mohon Tunggu... Editor - Pegiat Literasi, Komunikasi dan Lingkungan

Fellowship Student 2013, Paramadina Graduate School

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kepedulian pada Satwa dan Puspa Nasional, Saatnya untuk Beraksi

4 November 2013   10:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:37 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Salah satu masalah yang jadi concern kita bersama adalah persoalan satwa. Khususnya menyangkut hak-hak hidup mereka layaknya manusia. Seperti persoalan habitat atau rumah tinggal mereka, dan juga sumber makanan. Semakin banyaknya manusia yang membabat habis hutan untuk membangun mega proyek, seperti proyek pertambangan dan perkebunan, berdampak pada rusaknya habitat satwa liar. Tak jarang kita mendengar adanya binatang yang "turun gunung" memasuki kawasan penduduk. Ini disebabkan habitat mereka sudah dirusak, hingga mereka kekurangan sumber makanan. Bahkan tak hanya satwa-satwa liar yang menderita. Perusakan hutan tentunya menyebabkan tanaman-tanaman di hutan juga ikut rusak.

Padahal sudah mengemuka sejumlah masalah akibat penebangan hutan secara liar. Mulai dari kebakaran hutan, banjir, tanah longsor, hingga kabut asap, yang kesemuanya juga berdampak pada manusia. Tapi toh, pembabatan hutan secara besar-besaran tetap terjadi. Manusia seolah tak pernah kenyang untuk terus membabat hutan, atas nama pembangunan, apapun bentuk dan jenis pembangunan itu.

Belum lagi aksi para pemburu yang masuk hutan untuk memburu satwa langka. Orangutan misalnya, tak pernah kehabisan penggemar. Begitu banyak pihak rela membayar mahal untuk mendapatkannya. Mulai dari kolektor pribadi, hingga para pedagang yang memiliki konsumen hingga segenap penjuru dunia.

Nasib gajah Sumatera pun tak kalah menyedihkan. Menurut catatan WWF, dari 2004 hingga Oktober 2012 terjadi 91 ekor gajah mati di Riau yang sebagian besar disebabkan karena konflik dan perburuan. Prihatin atas kondisi ini, lembaga konservasi internasional IUCN telah meningkatkan status keterancaman gajah Sumatera dari genting menjadi kritis. Ini berarti satu langkah menuju kepunahan. Lemahnya penegakan hukum terhadap kematian gajah menjadi penyebab terus terjadinya kematian gajah tersebut. Hingga Oktober 2012, baru satu kasus kematian gajah-gajah tersebut  yang mulai  diproses yakni kematian gajah di Taman Nasional Tesso Nilo yang terjadi pada 31 Mei 2012 (sumber www.or.id).

Negeri kita tercinta ini memang kaya akan tanaman dan satwa. Data dari situs resmi Kementrian Lingkungan Hidup, menyebutkan Indonesia adalah salah satu negara pusat keanekaragaman hayati dunia. Kita menduduki tempat pertama di dunia untuk kekayaan jenis mamalia (515 jenis) dan kupu-kupu (121 jenis). Serta, di urutan ketiga untuk kekayaan reptilia (lebih dari 600 jenis), urutan keempat untuk kekayaan burung (1.519 jenis), urutan kelima untuk kekayaan amphibi ( 270 jenis), dan urutan ketujuh untuk kekayaan flora berbunga (sumber www.menlh.go.id). Itu sebabnya Indonesia bisa digolongkan sebagai negara megabiodiversitas dan megacenter keanekaragaman hayati dunia.

Apa yang terjadi bila kekayaan hayati ini pelan tapi pasti menjurus pada kepunahan?

Data IUCN tahun 2011 menyebutkan sejumlah satwa liar Indonesia terancam punah. Yakni  184 jenis mamalia, 119 jenis burung, 32 jenis reptil, dan 32 jenis amphibi. Sebanyak 68 spesies terancam punah dengan kategori kritis (critically endangered) ada 68 spesies, 69 spesies untuk kategori endangered dan kategori 517 spesies untuk kategori rentan (vulnerable). Satwa-satwa tersebut benar-benar akan punah dari alam jika tidak ada tindakan untuk menyelamatkanya (sumber www.profauna.net)

Bagaimana jadinya bila pemerintah dan masyarakat tidak melakukan tindakan apapun untuk menyelamatkan mereka? Bisa saja 10 tahun mendatang nama-nama satwa orangutan, badak Jawa, atau gajah Sumatera, cuma tinggal sebuah cerita.

Peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional esok hari, semoga menjadi momentum untuk kita lebih peduli pada kekayaan hayati bangsa. Setidaknya kita, dan terutama saya, tersadarkan akan potensi musnahnya satwa liar di negeri ini. Dan mulai peduli untuk berbagi informasi akan pentingnya penyelamatan bagi mereka. Atau mungkin bergerak lebih jauh dengan menjadi donatur LSM yang concern pada penyelamatan satwa langka.

Langkah kecil para siswa cilik di atas semoga menjadi inspirasi. Karya sederhana menanam bunga hias dan buah-buahan dalam pot kecil adalah aksi nyata mereka. Bayangkan bila ada seribu orang melakukan hal yang sama setiap hari di seluruh Indonesia, betapa asrinya negeri ini. Polusi menjauh, banjir dan tanah longsor enggan datang.

Selamat Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional. Waktunya untuk beraksi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun