Kisah Bendera Merah Putih
Oktober 1945 menjadi saksi penting ketika dua perwakilan pemuda Bima asal Samili Kae, Nur Husain (18 thn) dan Abubakar Abbas (18 Thn) Â menerima bendera Merah Putih dari Bung Karno di Singaraja, Bali. Bendera tersebut dibawa kirab menggunakan perahu, melalui rute Singaraja-Lombok-Sumbawa-Sila Rato-Tente-Dara-Pena Nae, sebelum akhirnya diterima oleh Laskar KAE, Laskar API, dan KRI Tente.
31 Oktober 1945, Sultan Muhammad Salahuddin memimpin upacara pengibaran bendera Merah Putih di Istana Kesultanan Bima. Momen ini menjadi simbol kuat integrasi Bima dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Maklumat Kesultanan dan Perlawanan Melawan Jepang
Pada 22 November 1945, Sultan mengeluarkan maklumat bahwa Kesultanan Bima bergabung dengan NKRI sebagai Daerah Istimewa. Keputusan ini mencerminkan komitmen Kesultanan Bima untuk mendukung penuh Indonesia merdeka.
Namun, perjuangan tidak berakhir di situ. Pada 26 Desember 1945, terjadi pertempuran sengit di Tente Kae antara pasukan Laskar KAE dan KRI Tente melawan sisa-sisa kekuatan Jepang. Setelah pertempuran yang penuh strategi dan keberanian, Jepang menyerah, dan tawanan diserahkan kepada BKR serta pasukan Australia di Lawa Ta.