Di atas geladak kapal, Danrem memberikan komando dengan tegas:
"Satu... Dua... Tiga... Tarik!"
Teriakan beliau disambut oleh riuh rendah sorakan masyarakat yang bahu-membahu menarik kapal. Suasana penuh semangat dan kebersamaan, seolah menggambarkan semangat gotong royong yang masih hidup dalam tradisi masyarakat Bima.
Di tengah hiruk-pikuk persiapan, seorang Panggita, tokoh spiritual Wera, mendatangi panitia. Dengan penuh keyakinan, ia menyampaikan pesan:
"Kapal ini akan turun dan berjalan ke laut setelah Shalat Ashar."
Pesan itu diterima dengan penuh hormat. Panggita dikenal sebagai penjaga tradisi dan spiritualitas masyarakat setempat, sehingga setiap ucapannya dianggap sebagai petunjuk yang tak boleh diabaikan.
Dengan pesan tersebut, masyarakat pun persiapan dengan tenang sambil menunggu waktu Ashar tiba. Sementara itu, Danrem beserta rombongan memanfaatkan waktu untuk melanjutkan kegiatan lainnya, seperti mengunjungi berbagai fasilitas yang didirikan di lokasi, menikmati kuliner khas, serta berinteraksi dengan masyarakat yang hadir.