Mohon tunggu...
Trias Ningsih
Trias Ningsih Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Merencanakan "Sakinah Finance" di Tengah Budaya Hedonisme Berbasis Perbankan Syariah

13 Januari 2018   20:54 Diperbarui: 13 Januari 2018   20:56 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak bisa dipungkiri perencanaan keuangan bagi keluarga modern merupakan suatu keharusan. Gaya hidup yang makin konsumtif dan banyaknya pilihan penggunaan uang makin membutuhkan tekad yang kuat untuk mengolah keuangan dan pendapatan. 

Tak jarang pula diluar sana kita banyak menemukan keluarga yang hidup dari gaji ke gaji, bahkan yang lebih menyedihkan lagi di antara mereka hidup dari pinjaman kartu kredit.

Beginilah gambaran kehidupan kaum urban saat ini. Kebanyakan dari mereka terpengaruh dengan gaya hidup modern yang konsumtif dan matrealistis. Ditambah dengan gempuran budaya hedonisme yang semakin gencar menghampiri setiap keluarga Indonesia. 

Gempuran ini berbentuk tawaran konsumsi dan berbagai kemudahan pembiayaan yang membuat banyak keluarga terperangkap dalam lingkaran setan keuangan. Sering kali mereka lupa bagaimana cara membelanjakan pendapatan dengan bijak sehingga setiap bulannya mereka seringkali merasakan ketidaktenangan dalam menjalani kehidupan.

Inilah pentinya sebuah perencanaan terutama yang berkaitan dengan keuangan. Perencanaan ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua kebutuhan pokok setiap keluarga dapat terpenuhi. 

Selain itu perencanaan juga bertujuan untuk membatasi pengeluaran yang tidak penting. Maka apabila sebuah perencanaan sebuah keluarga dapat diciptakan dengan baik hal ini akan membentuk sebuah kondisi ketenangan dari sebuah keluarga yang disebut dengan Sakinah Finance.

******

Teringat pada akhir tahun 2014, tahun dimana saya membina sebuah rumah tangga. Mengawali kehidupan sebagai keluarga kami berdua tak memiliki bekal ilmu dalam perencanaan keuangan. 

Ditambah lagi kami hanya hidup berdua, allhasil 2 tahun menjalaninya kami masuk ke dalam lingkaran setan tersebut. Budaya hedonisme yang kekinian menjadikan kami manusia yang memiliki gaya hidup berlebihan dan konsumtif. Dampaknya 1-2 minggu menjelang gajian, kami sudah tak memiliki uang. Akhirnya kondisi gali dan tutup lobang menjadi hal yang terkadang kami lakukan.

Belum lagi cicilan bank dan cicilan kartu kredit. Setiap bulannya selalu menghantui hari-hari kami. Kemudahan yang ditawarkan menjadikan kami abai dalam memanejemen pengeluaran. 

Hingga pada suatu hari kami mulai tersadar bahwa kondisi ini tak bisa dibiarkan begitu saja. Mau sampai kapan sebuah keluarga tak memiliki perencanaan keuangan untuk masa depannya. Jika ini terus dibiarkan maka dipastikan dikemudian hari akan muncul masalah-masalah baru yang berdampak pada ketidakharmonisan sebuah keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun