“Aku yang melahirkannya” jawab ibu, “seorang ayah tak akan mengerti perasaan seorang ibu pada anaknya, dan aku ibunya”.
“aku bapaknya” jawab ayah
“karena itulah kamu tak mengerti”
Ayah kemudian hanya bisa terdiam dan mengelus punggung ibu. Begitulah penggelan kisah tentang kedua orang tuaku pasca kepergianku yang kudengar dari bibi dan pamanku. Setelah itu ayah tiap bulan hanya Tanya kabar lewat telphon dan beberapa bulan kemudian ibu pun juga kadang menelphonku. Karena waktu itu kami tak punya pesawat telphon jadi ibu dan ayah harus rela berjalan sekitar 3 km kerumah pak kades untuk meminjamnya.
Tobe CONTINU….!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H