Kedua, guru berperan sebagai konselor, memberikan bantuan kepada siswa dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah, mengenali kekuatan dan kelemahan mereka sendiri, dan beradaptasi dengan lingkungan mereka. Hal ini mencakup bimbingan siswa dalam hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan pribadi, pendidikan, pekerjaan, dan sosial mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan kemahiran dalam teknik bimbingan, evaluasi, dan psikologi belajar.
Ketiga, guru berperan sebagai ilmuwan, yang terus mengembangkan pengetahuan mereka melalui pembelajaran mandiri, penelitian, pelatihan, dan penulisan ilmiah. Hal ini memungkinkan mereka untuk tetap mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Modernisasi atau diskriminasiÂ
Di era kontemporer, guru sering menghadapi hambatan dan diskriminasi. Diskriminasi terhadap guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti penilaian kinerja yang tidak adil, ketidaksetaraan gaji, stereotip berbasis gender, dan tekanan sosial. Guru perempuan mungkin mengalami kesulitan dalam karier mereka karena peran domestik yang melekat pada mereka. Selain itu, guru di daerah terpencil sering kali tidak mendapatkan bantuan dan sumber daya yang cukup dibandingkan dengan guru di kota. Praktik-praktik diskriminatif ini berdampak buruk pada guru dan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Hal ini dapat mengurangi motivasi dan dedikasi guru dalam mendidik generasi muda.Â
Oleh karena itu, penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan adil bagi guru, dengan tujuan mendukung keberhasilan pendidikan dan menciptakan rasa hormat dan pengakuan terhadap profesi guru sebagai pondasi pembangunan masyarakat.
Hal ini menunjukkan esensi yang sebanding dalam periode sejarah yang sama sehubungan dengan perlakuan terhadap pendidik sebagai subjek dalam evolusi teori pendidikan. Diskriminasi, hegemoni, represi, superioritas, dan konsep-konsep terkait lainnya mewakili identitas kolonial yang resisten terhadap perubahan dan membutuhkan pemeriksaan kritis.
Kesimpulan atau kebingungan
Secara keseluruhan, peran guru mencakup berbagai dimensi yang sangat penting dalam membentuk generasi penerus. Sebagai pengajar, guru tidak hanya bertugas menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga memfasilitasi perubahan positif pada peserta didik dalam aspek sikap, keterampilan, dan hubungan sosial. Dalam perannya sebagai pembimbing, guru mendukung peserta didik dalam menghadapi berbagai tantangan pribadi, akademik, dan sosial, dengan memberikan arahan yang bijaksana. Sebagai ilmuwan, guru dituntut untuk terus belajar dan mengembangkan diri agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Selain itu, sebagai pribadi, guru harus memiliki karakter yang mampu menginspirasi dan diterima dengan baik oleh peserta didik, orang tua, dan masyarakat.
Keseluruhan peran ini menunjukkan bahwa guru adalah sosok kunci dalam proses pendidikan, tidak hanya dalam hal transfer pengetahuan, tetapi juga dalam membangun karakter, nilai, dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi dinamika kehidupan. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk terus meningkatkan kompetensi dan kepribadian agar dapat memenuhi tanggung jawab yang luas ini secara optimal.
Pada akhirnya, memunculkan banyak pertanyaan bahwasannya sampai kapan para pembawa obor cahaya kehidupan ini memperoleh hak hidup sepenuhnya dan bisa hidup sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H