Mohon tunggu...
I Wayan Bagiarta
I Wayan Bagiarta Mohon Tunggu... Insinyur - IWayB

Mari Gemakan Indonesia JUJUR

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

15 Tahun Derita Sakit Kepalaku, Kini Akhirnya Sembuh

7 Januari 2021   23:36 Diperbarui: 7 Januari 2021   23:44 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesakitan dan penderitaan,itulah yang saya rasakan hampir 15 tahun lamanya. Berawal ditahun 2003,saat lagi kerja di depan komputer,tiba-tiba leher bagian kanan sakit dan menjalar hingga kepala menyerang secara mendadak.Rasa sakit luar biasa yang belum pernah saya rasakan sebelumnya.Sempat terpikir rasa takut,khawatir pembuluh darah akan pecah saking sakitnya.Akhirnya saya diajak teman ke poliklinik yang ada di perusahaan tempat kami bekerja.

Saat itu,usia saya memasuki tahun ke 33,artinya belum tua-tua amat.Tahun 2003 merupakan tahun ke delapan saya bekerja. Saya bekerja di salah satu perusahaan otomotif terbesar di Indonesia,tepatnya departemen maintenance.Maintenance mempunyai tugas  merawat peralatan untuk proses pembuatan mobil.Disamping itu juga bertanggung jawab agar proses produksi bisa berjalan dengan lancar dan memperbaikinya jika terjadi kerusakan.Kalau berhenti artinya akan ada kerugian besar yang dialami perusahaan.

Hal itu juga menjadi salah satu faktor  pemicu stress yang tinggi,yang menimbulkan terjadinya sakit kepala.Awal mulai bekerja di era tahun 1995,kondisi saya masih sehat seperti saat kuliah dulu.Namun semenjak tahun 2003,mulai mengalami dan menderita sakit kepala yang berkepanjangan.

Saat serangan melanda,rasa tidak enak dan kurang nyaman saya rasakan.Dari leher belakang ke arah telinga, hingga separuh kepala kanan,rasa sakit yang amat sangat saya alami.Pembuluh darah di leher tegang dan saya hanya bisa duduk lemas sambil mengelus-elusnya.Saat kondisi seperti itu membuat saya tidak bisa berpikir selama kerja.

Dalam satu minggu,sakitnya bisa 2 hingga 3 kali. Awalnya saya anggap hanya sakit kepala biasa.Seperti orang kebanyakan,saya hanya minum obat penghilang rasa sakit yang dijual di warung.Setiap hari,saya membawa obat pereda nyeri di kantong saku,jaga-jaga kalau kambuh.

Namun karena kejadiannya yang cukup sering,akhirnya saya putuskan untuk periksa ke dokter.Seperti biasa,saya pun diperiksa tekanan darah,kolesterol dan kondisi trigleserida.Hasilnya hanya trigleserida yang melebihi  ambang batas.Dari diagnose dokter,trigleserida dan stress dibilang pemicu sakit kepala yang saya derita.

Dari pola hidup yang saya jalani,saya menyadari sangat wajar trigleseridanya bermasalah.Olah raga yang kurang,pola makan yang tidak terkontrol dan kebiasaan lain yang masih jauh dari "anggapan baik".

Perubahan pola hidup mulai terjadi sejak memasuki dunia kerja.Pulang malam,terkadang sabtu dan minggu kerja,membawa kemalasan untuk berolah raga.Berbeda ketika sekolah,olah raga secara rutin, sehingga kondisi badan sangat prima dan hampir tidak pernah sakit.Kalau toh sakit,paling hanya pilek atau batuk.

Atas saran dokter,saya mulai rutin minum obat yang diberikannya,berolah raga dan sedikit mengatur pola makan.Seiring berjalannya waktu,apa yang saya lakukan masih belum membuahkan hasil seperti  yang diharapkan.Sakit kepala masih sering kambuh, walau di saat tidak ada beban pikiran.Terkadang pikiran liar saya sempat berpikir ke hal yang menakutkan,"jangan-jangan tumor otak" pikir saya.

Memasuki tahun 2006,atas saran dokter perusahaan,akhirnya dirujuk ke rumah sakit terkenal di Jakarta,dengan dokter saraf paling top di Indonesia.Dokter yang menangani saya adalah seorang Profesor ahli saraf terkenal Indonesia.Beliau seorang dokter yang pernah menjadi ketua tim dokter kepresidenan di era tahun 1999-2001.

Di rumah sakit itu,saya untuk pertama kalinya mengenal MRI.Hampir 2 jam lamanya saya di dalam ruangan MRI.Dengan rasa was-was menunggu hasil diagnosa dari dokter,saya terus berdoa agar apa yang saya bayangkan tidak menjadi kenyataan. Akhirnya Prof ahli saraf itu menjelaskan ke saya bahwa dari hasil MRI,ada pembuluh darah ke arah kepala kondisinya tidak stabil,semacam migrain katanya.Sayapun merasa bersyukur mendengarnya,karena apa yang saya takutkan tidak terjadi.

Setelah dirawat selama 3 hari,dokter akhirnya memberikan ijin untuk pulang, sambil diberikan obat yang harus dikonsumsi selama satu bulan.Selama satu bulan sakit kepala yang biasa menyerang,tampak mulai besahabat.Selama itu pula rasa nyaman mulai sempat saya rasakan kembali.

Rasa nyaman yang terjadi rupanya tidak berlanjut lama,sakit kepala kembali kumat walau waktunya semakin jarang.Yang biasanya 2 sampai 3 kali seminggu, berkurang menjadi sekali seminggu.Situasi seperti ini saya alami kurang lebih sampai tahun 2017. Dari rentang waktu  2006-2017,saya masih sering bolak-balik ke dokter,terutama saat sakit kepalanya agak parah.

Memasuki awal tahun 2018,apa yang saya rasakan di tahun 2003 kembali muncul.Sakit kepala kumat kembali,biasanya di waktu siang atau menjelang sore hari.Kejadiannya tambah sering dan sakitnya lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya.Hampir setiap hari, penderitaan saya rasakan.Saat sakit kepala kumat,mata dan kepala yang sebelah kanan rasanya kembali seperti mau pecah.Saat seperti itu,saya harus berbaring setengah sampai satu jam di poliklinik tempat kami bekerja.

Karena sudah tidak tahan,tepatnya bulan April 2018,saya kembali di rawat di rumah sakit yang sama saat di rawat tahun 2006 di Jakarta.Dokter yang menangani juga oleh Prof yang sama dan hasil diagnosa juga tidak berubah.Dokter mengakatakan diagnosnya mirip seperti migrain.Obat yang sama kembali diberikan untuk pengobatannya.Saat obat masih saya minum,sakit kepala agak berkurang,namun ia akan kumat jika obat sudah habis.Demikian secara berulang derita sakit kepala menahun yang saya alami.

Di bulan Jun 2018,saat liburan Idul Fitri,kami sekeluarga pulang kampung.Disela-sela liburan,sakit kepala saya kumat,dan saya menyempatkan diri pijat ke salah satu teman di dekat rumah.Dipijatnya seluruh tubuh,dari kaki hingga kepala.Saat pijatan disekitar bahu dan leher,teman yang memijat saya mengatakan,ia merasakan ada benjolan sejenis lemak di sekitar tulang leher.

Takut akan muncul dampak lain,setelah balik dari kampung,saya langsung periksa ke rumah sakit.Sayapun akhirnya dirontgen dan benar ada benjolan di sela tulang leher bagian belakang yang istilah medisnya lipoma.Saran dokter harus diangkat dan tergolong operasi kecil menurutnya.Saya akhirnya menjalani operasi pada 25 Jun 2018,sehari sebelum libur pilkada serentak .Dari operasi tersebut,dokter menunjukkan hasil operasinya,ditemukan semacam gumpalan lemak dan daging yang ada di sela-sela tulang leher.

Lipoma yang menyumbat dia ntara sela tulang leher (dokpri)
Lipoma yang menyumbat dia ntara sela tulang leher (dokpri)

Sehabis operasi,saya sempat menanyakan ke dokter bedah yang menangani,apakah benjolan itu ada hubungannya dengan sakit kepala apa tidak, dan dokter mengatakan tidak ada.Saya di rawat untuk operasi itu hanya satu hari,namun saya merasakan ada sesuatu yang sangat enteng di kepala setelahnya.

Saya mulai catat perkembangan hari demi hari.Satu hari,dua hari,tiga hari, hari ke empat dan seterusnya,sampai hari ini,derita sakit kepala yang biasa muncul siang atau sore hari kini tidak muncul kembali.Rasa syukur saya panjatkan ke Yang Maha Kuasa.Nikmat sehat kembali diberikannya dengan ikhtiar yang tanpa henti.Rasa bahagia dan nikmat hidup kembali saya rasakan seperti saat masih sekolah dulu.

Penasaran dengan kejadian itu,saya mencoba bertanya kepada 2 dokter saraf yang pernah merawat saya.Pertanyaan yang sama saya tanyakan ke mereka,apakah ada hubungan lipoma di tulang leher dengan sakit kepala.Dari llmu yang mereka pelajari, kedua dokter saraf  mengatakan tidak ada hubungannya.

Namun apa yang saya rasakan saat ini,sakit kepala saya sembuh sejak operasi lipoma dilakukan.Dari fenomena itu,kita bisa menarik kesimpulan bahwa,kala kita mengalami cobaan,jangan menyerah dan teruslah berusaha.Disamping itu ilmu yang kita pelajari belum cukup mengatakan kita sudah sempurna,diwaktu lain masih  akan ada pengetahuan baru yang akan menambah cakrawala kita untuk berpikir.Jadi jangan berpuas diri,kejarlah pengetahuan untuk bisa memberi manfaat ke lebih banyak orang di kemudian hari.

Salam Bahagia,Sukses Selalu

IWayB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun