"Yang Terlihat itu Maya dan Yang Tidak Terlihat itu Nyata"
Saya jadi teringat lirik lagu yang dibawakan oleh Nicky Astria dan Ahmad Albar yang berjudul "Panggung Sandiwara"
Dunia ini panggung sandiwara
Ceritanya mudah berubah
Kisah Mahabrata atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura
Mengapa kita bersandiwara?
Mengapa kita bersandiwara?
Peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak
Peran bercinta bikin orang mabuk kepayang
Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan
Mengapa kita bersandiwara?
Mengapa kita bersandiwara?
Begitu sekelumit penggalan lagu Panggung Sandiwara yang sangat  popular di jamannya.
Saya mencoba merenungi sambil mengamati suasana kebatinan saat ini.Di dalam hati terbersit " Oh ternyata benar adanya".
Menonton tayangan di televisi dan media sosial,apa yang disampaikan lirik lagu itu seolah menyindir kehidupan kita saat ini.Kisah serupa  diceritakan dalam epos Mahabharata ribuan tahun yang lalu, yang masih relevan hingga kini.
Berbagai peran yang ditampilkan selalu berubah, mengikuti lakon sandiwara yang dimainkan.Dipagi hari berperan bijak laksana Yudistira,ketika siang berubah jadi Sangkuni, dan di kala malam jadi Duryodana.Lengkap dengan kostum dan panggungnya, tempat dimana  sandiwara akan dipertunjukkan.
Perjalanan beberapa sahabat dan saudara kita,tidak luput dari kisah lagu tersebut.Perjalanan panjang  yang diarungi, sungguh melelahkan, namun belum sampai di tempat yang dituju. Raga tampak kokoh dan bersinar,namun apa lacur,jiwa-jiwa yang tidak nampak rupanya  penuh dengan kekosongan.
Manusia yang dikarunia akal,punya cara yang berbeda untuk mengarungi dan meraih tujuannya .Ada yang melalui jalan lurus,ada yang menurun,menanjak dan tidak sedikit yang menempuh jalan berliku.Semua  jalan yang ditempuh, punya rintangan dan kenikmatan yang tidak sama.
Akal dan pikiran dapat bisikian dari indra-indra yang ada dalam diri.Indra mata,hidung,telinga,lidah dan indra kulit untuk merasa.Berpadunya panca indra dengan indra penggerak kaki, tangan dan indra lainnya,memunculkan sifat untuk memenuhi kebutuhan dan keingianan.
Tidak sedikit sahabat dan saudara kita yang hidupnya sudah berlebih,namun tetap saja merasa kekurangan.Karir bagus,istri cantik,anak ganteng,rumah mewah dan berbagai atribut kemewahan lain, sudah melekat di raganya,tetapi semua itu belum dirasa cukup.
Yang lebih menyedihkan lagi,ada sahabat yang melalui perjalanannya dengan jalan pintas.Alih-alih sampai tujuan,malah jatuh ke jurang yang lebih dalam.Kalau toh sampai di pertengahan,akan berjumpa  semak belukar dan binatang buas di dalamnya.
Minggu ini kita dikejutkan dengan berbagai sandiwara,ada yang memerankan jadi tokoh seolah paling benar dan suci,ada yang lakonnya urusan syahwat, di panggung lain, lakon yang diangkat  pencurian uang milik kerajaan dan punakawan.Semua muaranya tidak jauh dari sungai yang bernama "Nafsu Keinginan dan Ketamakan"
Penasaran dengan lakon-lakon tadi,saya mencoba mencari apa sejatinya  alasan dari lakon sandiwara yang dimainkan. Menurut Sigmod Freud, setiap manusia yang lahir ke dunia,rupanya diberikan tiga elemen perangkat kepribadian ada Id, Ego dan Superego.
Id bekerja untuk memenuhi kebutuhan alamiah manusia dan Id bekerja mencari kepuasan secara instan terhadap keinginan dan kebutuhan manusia. Apabila kedua hal itu tidak terpenuhi, seseorang dapat menjadi tegang, cemas, atau marah.
Sementara Ego berurusan dengan kenyataan atau realita dan berusaha memenuhi keinginan Id dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
Sedangkan Superego merupakan aspek moral dari suatu kepribadian,yang didapat dari pengasuhan orang tua atau norma-norma dan nilai-nilai di dalam masyarakat, serta didasarkan pada moral dan penilaian tentang benar dan salah.
Sifat psikologi itu mirip dengan petuah tetua kami di jaman dahulu,manusia terkadang sifatnya bijaksana ( Satwika) ,Agresif,menggebu-gebu,lobha ( Rajasika ) dan terkadang jadi pemalas ( Tamasika).
Semua unsur yang diturunkan,memberikan konsekuensi logis dalam mewarnai sifat dan perilaku manusia.Kebutuhan adalah keniscayaan,demi bertahan untuk hidup.Namun keinginan adalah pemenuhan hawa nafsu yang menjadi asesorisnya kehidupan.
Dalam perjalanan hidup, kita menemukan situasi di mana kita harus memutuskan apa yang kita butuhkan dan apa yang kita inginkan.Tapi apa boleh dikata,dunia yang semakin hedonis,seringkali memaksa sebagian dari kita untuk lebih memenuhi nafsu yang tak terkendali.
Manusia secara alamiah punya sifat dalam tanda petik "Suka Dianggap".Dianggap kaya,dianggap sukses,dianggap bahagia,dianggap romantis,dianggap terkenal dan anggapan-anggapan lainnya.
Pencarian  "Suka dianggap" perlu melakukan perjalanan melelahkan yang tanpa ujung dan tidak akan pernah sampai. Mirip seperti seekor anjing yang mengejar ekornya sendiri,ia tak akan pernah bisa meraihnya.
Perjalanan yang dilakukan, terkadang melalui jalanan sesat yang menyedihkan. Ada yang sampai rela menggadaikan harkat,martabat dan kehormatan diri,serta keluarganya.
Tujuan mulia hidup yang diinginkan,mengalami abrasi nilai,yang membawa manusia ke tangga kehidupan yang menjauh dari jati diri sebagai manusia.
Dalam artikel sebelumnya sudah diuraikan oleh Zig Ziglar, untuk sukses tidak hanya dengan uang tapi banyak cara  lain yang lebih mulia.
Bahagia itu akan membuat kita sukses,namun sukses belum tentu membuat bahagia. Disaat anda dan saya bisa memberi manfaat buat orang lain, saat itulah anda dan saya akan bahagia.
Hidup adalah pilihan, kita memilih jalan melelahkan dan tidak akan pernah sampai, atau berhenti sejenak untuk memberi sebutir beras bagi seekor burung yang sedang lapar.
Salam Bahagia, Sukses Selalu
IWayB.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI