Mohon tunggu...
I Wayan Bagiarta
I Wayan Bagiarta Mohon Tunggu... Insinyur - IWayB

Mari Gemakan Indonesia JUJUR

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Inilah 3 Kosmologi Keseimbangan Alam dan Lestarinya Desaku

21 November 2020   21:57 Diperbarui: 4 Desember 2020   20:49 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arca Valley " Chill Holly Water" (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Minggu lalu, dalam perjalanan pulang dari tempat kerja,tanpa sengaja saya mendengar lagu indah di sebuah stasiun radio .Liriknya begitu menyentuh hati .

Lagu tersebut sering dinyanyikan semasa kecil di era tahun 1975. Saat itu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Hingga kini lagu indah itu masih dinyanyikan sama anak-anak yang masih duduk di bangku TK dan juga Sekolah Dasar. Mungkin sahabat ada yang masih mengingat lagu merdu nan indah itu tiada lain "Desaku"?

Desaku yang kucinta, pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda, dan handai taulanku
Tak mudah kulupakan, Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan, desaku yang permai

Desaku yang kucinta, pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda, dan handai taulanku
Tak mudah kulupakan, Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan, desaku yang permai


Mengutip dari Wikipedia, lagu Desaku adalah karya dari  Liberty Manik yang lebih populer dikenal L. Manik. Beliau lahir di Sidikalang, Sumatera Utara, 21 November 1924 dan meninggal di Yogyakarta, 16 September 1993 .

Mendengar lagu "Desaku", rasa penat sehabis kerja perlahan bisa terobati. Liriknya yang sederhana, namun sarat makna,sungguh  enak dinikmati.

Kata demi kata yang dilantunkan,membawa seluruh jiwa dan raga ini terasa terbang ke masa kecil. Masa, dimana kedamaian dan kebahagiaan merasuk sukma bersama handai taulan di desa.

Desa tempat saya dilahirkan diberi nama Desa Menanga ,lokasinya ada di kaki Gunung Agung. Desa kami masuk wilayah kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem.

Membaca monografi desa, Menanga adalah sebuah desa yang termasuk masih muda, dan didiami oleh andel-andel (rakyat) kerajaan Karangasem.Tujuannya untuk menjaga tapal batas yang baru saja direbut dari kerajaan Nyalian di Kabupaten Bangli.Peristiwa itu terjadi sekitar  abad ke-18 sebelum  tahun 1891.

Desa Menanga sebelumnya berada dibawah kekuasaan kerajaan Nyalian, dan namanya  sebelum berganti disebut Desa Galiran. Nama Galiran diambil ,karena saat itu penduduk yang menempatinya terdiri dari banyak aliran,

Pada waktu menjaga tapal batas ini, prajurit-prajurit atau masyarakat di sekitar Galiran,mendapat informasi bahwa Galiran akan diserang kembali oleh Kerajaan Nyalian.

Untuk menjaga segala kemungkinan, maka dibuatlah benteng di sebelah selatan, berupa parit yang terbentang dari batas Menanga sebelah timur, sampai sebelah barat. Di sampingnya ditanami bambu dan sampai sekarang bambu tersebut masih ada buktinya.

Di sebelah utara dipasang pintu benteng yang dinamakan Jebag, sehingga sampai sekarang tempat itu bernama Jebag. Karena bentengnya kuat, setiap serangan dapat dihalau dengan mudah, dan para prajurit berteriak-teriak" Menang, menang, menang " dan ada yang menyebut Menang-a. Hingga kini desa kami di sebut Menanga.

Tata kehidupan masyarakat desa kami, mengacu pada kosmologi Tri Hita Karana yang artinya tiga penyebab tercipatnya kesejahteraan. Kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup kokoh yang menekankan terjadinya harmonisasi atau keseimbangan hidup. 

Ketiga harmonisasi itu meliputi hubungan dengan Tuhan,hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam sekitar.

Arca Valley Menanga (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Arca Valley Menanga (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Kearifan lokal itu kami lakukan dari sejak dahulu hingga saat ini.Adat istiadat masih kami pertahankan dengan kokoh di tengah derasnya arus globalisasi .

Warga masyarakat masih memegang teguh untuk tetap taat dengan Sang Pencipta melalui doa dan ritual yang dilakukan. Hubungan dengan sesama manusia,bisa kita lihat dengan tingginya toleransi yang ada di desa kami.Banyak warga pendatang , baik dari satu pulau,maupun luar pulau,hidup damai dan rukun di desa kami.

Harmonisasi dengan  makhluk lain,tidak kalah penghormatannya. Hal itu bisa kita saksikan saat perayaan hari khusus untuk menghormati hewan yang di kenal dengan Tumpek Kandang dan hari penghormatan untuk tumbuhan yang dikenal dengan Tumpek Wariga. Kedua hari itu dilaksanakan setiap 210 hari secara serentak di wilayah Bali.

Untuk melaksanakan dan mentaati aturan yang ada dan instruksi pemerintah, maka masing-masing banjar (setingkat RW) dibuat suatu awig-awig (aturan). Aturan itu ditaati bersama tanpa seorangpun yang membangkang. Ini dapat warga buktikan tidak ada sebuah instruksi pemerintah, maupun aturan (awig-awig) yang berhenti atau dilanggar.

Untuk memperlancar tugas dan derap pembangunan di desa kami, ada beberapa sarana penunjang awig-awig (aturan) yang dibuat . Aturan (awig-awig) semua mengacu pada kosmologi Tri Hita Karana :

Hubungan dengan sesama manusia

Suka Duka 

Bidang ini adalah untuk meringankan beban bagi salah seorang anggota banjar, apabila ada yang meninggal dunia. Yang mengalami kedukaan, mendapat sumbangan sebanyak biaya upacara dan aggota banjar yang menguburkannya.Juga membuatkan rumah darurat, apabila ada rumah warga terbakar atau kena musibah lainnya.

Patus
Bidang ini bertujuan untuk memberi sumbangan beras atau nasi seberat 2,5 kilogram beras,dan tenaga dalam melaksanakan upacara ngaben

Hubungan dengan alam sekitar

Seka Pauman
Penanaman dan langsung memelihara pohon bambu untuk meringankan beban dalam membuat dan memperbaiki pura atau dalam membuat rumah darurat atau upacara kematian

Seka Semal (Tupai)
Bidang ini untuk menanggulangi hama kelapa. Disamping itu agar ada pemasukan keuangan untuk upah memetik kelapa.

Subak
Untuk memperlancar pengairan sawah. Mengenai aturanya diatur dalam awig-awig persubakan yang dikendalikan oleh Kelian Gede (semacam ketua RW) atau pekaseh, dan dibantu oleh Kelian empelan. Semua ini juga di bawah naungan Kelian Desa Adat.

Hubungan dengan Tuhan

Undagi Desa
Bidang ini bertugas membuat dan memperbaiki bangunan-bangunan desa berupa Pura  dan lainnya  yang tidak berat atau biayanya lebih dari 1 juta..

Pura
Manajement pura yang diurus oleh petugas khusus dan diawasi oleh Kelian desa adat untuk membangun,merawat dan memelihara kawasan dan fasilitas Pura serta kepanitiaan saat ada upacara.

Bagi sebagian orang,sepintas desa kami tidak ada yang istimewa dan seolah masih tradisional,namun bagi saya,ia adalah surga dan kahyangan yang ada di muka bumi.Desa yang membuat saya rindu,desa yang begitu saya cintai dan desa yang masih lestari hingga kini.

Arca Valley
Arca Valley " Chill Holly Water" (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Hampir 31 tahun saya meninggalkan desa,suasananya hampir tidak banyak yang berubah. Pepohonannya masih rindang, air sungainya masih dingin, bersih, dengan udaranya yang sejuk dan segar.

Perubahan hanya tampak pada kondisi jalan dan jembatan yang berada di lembah sungai. Dulu, jembatan dan jalannya sempit, namun dengan berjalannya waktu, kini jalan dan jembatan lebih lebar. Di bawah jembatan, ada aliran sungai yang kami menyebutnya sipon, tempat mandi dan bermain bersama teman-teman,

Lembah sungai di desa kami,para wisatawan menyebutnya Arca Valley. Di dekatnya tersedia penginapan dan restaurant. Banguna itu sudah berdiri semenjak kami masih kecil dan tetap ada sampai sekarang.

Tebing Arca (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Tebing Arca (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Kalau liburan panjang,saya beserta keluarga berusaha untuk pulang,kecuali ada halangan seperti situasi Covid19  yang melanda  dunia. Untuk menuju desa kami,butuh waktu kurang lebih 1.5 jam dari kota Denpasar. Sepanjang perjalanan,kami bisa menikmati indahnya panorama Pantai Sanur, Pantai Lebih Gianyar dan jalanan berliku di Bukit Jambul.

Bukit Jambul adalah tempat wisata yang ada di dekat desa kami.Dari sana kita bisa melihat  panorama persawahan yang menghijau,laut,kota Semarapura dan Pulau Nusa Penida di kejauhan. Setiap orang yang menginjakkan kakinya,pasti akan betah dan ingin berlama-lama menikmatinya.

Bukit Jambul (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Bukit Jambul (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Kami sangat bersyukur,dilahirkan di sebuah desa yang hijau,dan dikelilingi alam  yang indah.Sungai di desa airnya begitu dingin dan bening,saya menjulukinya "Chill Holly Water". Di saat liburan, saya bersama anak sering mandi di sana,sekalian mengajarinya untuk mencintai desa tempat di mana orang tuanya dilahirkan.

Batur Hot Spring. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Batur Hot Spring. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Tidak jauh dari rumah, kami juga bisa menyaksikan indahnya pemandangan sungai dengan aliran yang cukup deras. Tempat itu, namanya Tukad Yeh Sah yang kesehariannya ramai dikunjungi wisatawan untuk rafting.

Ada banyak lokasi yang indah nan damai di dekat desa kami.Di sebelah utara,kurang lebih 25 km ada panorama indah danau dan Gunung Batur.Disana kita bisa menikmati pemandian  air panas, dan dinginnya udara di bukit Kintamani.

Danau Batur. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Danau Batur. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Lokasi pemandian air panas itu ada di samping danau Batur. Untuk menuju ke sana kita harus menuruni jalananan yang berliku, dan melewati batu karang, sisa letusan Gunung Batur. Tempat yang begitu eksotik untuk memanjakan mata, menyaksikan panorama gunung dan danau nan-agung.

Batur Hot Spring. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Batur Hot Spring. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Saking rindu dan kangen ingin pulang ke desa,sering sampai terbawa dalam mimpi.Mimpi yang membuat hati ini tenang  dan damai.

Untuk mencurahkan rasa rindu,disaat pikiran ini melayang ke alam hayal,saya tulis lanjutan lirik lagu "Desaku yang damai"

Desaku yang kurindu
Dambaan hatiku
Tempat aku mengadu
Kala pilu batinku

Tak pudar kutinggalkan
Tanganku tak sampai
Selalu kuimpikan
Desaku yang damai

Desa kami hingga kini tetap lestari dan selamanya akan lestari. Kearifan budaya lokal akan terus terjaga. Terima kasih buat desa tercinta, semoga engkau abadi selamanya.

Salam bahagia, Majulah Desaku.
IWayB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun