Di sebelah utara dipasang pintu benteng yang dinamakan Jebag, sehingga sampai sekarang tempat itu bernama Jebag. Karena bentengnya kuat, setiap serangan dapat dihalau dengan mudah, dan para prajurit berteriak-teriak" Menang, menang, menang " dan ada yang menyebut Menang-a. Hingga kini desa kami di sebut Menanga.
Tata kehidupan masyarakat desa kami, mengacu pada kosmologi Tri Hita Karana yang artinya tiga penyebab tercipatnya kesejahteraan. Kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup kokoh yang menekankan terjadinya harmonisasi atau keseimbangan hidup.Â
Ketiga harmonisasi itu meliputi hubungan dengan Tuhan,hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam sekitar.
Kearifan lokal itu kami lakukan dari sejak dahulu hingga saat ini.Adat istiadat masih kami pertahankan dengan kokoh di tengah derasnya arus globalisasi .
Warga masyarakat masih memegang teguh untuk tetap taat dengan Sang Pencipta melalui doa dan ritual yang dilakukan. Hubungan dengan sesama manusia,bisa kita lihat dengan tingginya toleransi yang ada di desa kami.Banyak warga pendatang , baik dari satu pulau,maupun luar pulau,hidup damai dan rukun di desa kami.
Harmonisasi dengan  makhluk lain,tidak kalah penghormatannya. Hal itu bisa kita saksikan saat perayaan hari khusus untuk menghormati hewan yang di kenal dengan Tumpek Kandang dan hari penghormatan untuk tumbuhan yang dikenal dengan Tumpek Wariga. Kedua hari itu dilaksanakan setiap 210 hari secara serentak di wilayah Bali.
Untuk melaksanakan dan mentaati aturan yang ada dan instruksi pemerintah, maka masing-masing banjar (setingkat RW) dibuat suatu awig-awig (aturan). Aturan itu ditaati bersama tanpa seorangpun yang membangkang. Ini dapat warga buktikan tidak ada sebuah instruksi pemerintah, maupun aturan (awig-awig) yang berhenti atau dilanggar.
Untuk memperlancar tugas dan derap pembangunan di desa kami, ada beberapa sarana penunjang awig-awig (aturan) yang dibuat . Aturan (awig-awig) semua mengacu pada kosmologi Tri Hita Karana :
Hubungan dengan sesama manusia
Suka DukaÂ
Bidang ini adalah untuk meringankan beban bagi salah seorang anggota banjar, apabila ada yang meninggal dunia. Yang mengalami kedukaan, mendapat sumbangan sebanyak biaya upacara dan aggota banjar yang menguburkannya.Juga membuatkan rumah darurat, apabila ada rumah warga terbakar atau kena musibah lainnya.