Mohon tunggu...
I Wayan Agus Eka
I Wayan Agus Eka Mohon Tunggu... -

Just an ordinary public servant http://iwayanaguseka.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teori Keagenan, Maximizing Shareholders (Life) Value dan Tri Hita Karana

15 Januari 2012   14:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:51 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam sebuah entitas ekonomi (bahkan institusi publik sekalipun), manajemen (atau pemerintah) merupakan agen dari pemilik modal (rakyatnya) yang memiliki tugas utama untuk meningkatkan nilai mereka (maximizing shareholders value). Segala tindakan dari sebuah manajemen adalah dalam rangka meningkatkan nilai pemegang sahamnya. Inilah inti dari teori keagenan dalam berbagai literatur ekonomi. Dalam perkembangannya teori ini juga diadopsi pada ranah manajemen publik dengan melibatkan pemerintah sebagai agen dari rakyatnya.

Disadari ataupun tidak, teori ini juga berlaku dalam kehidupan ini. Kita semua adalah agen-agen bagi orang lain untuk meningkatkan nilai mereka dan disaat yang sama kita juga berposisi sebagai shareholder bagi mereka. Bedanya, dalam teori keagenan kehidupan shareholdernya bukanlah pemegang saham tapi semua hal di luar kita, yaitu orang tua, saudara, pasangan, anak, rekan kerja, bahkan makhluk hidup dan alam ini seluruhnya. Nilai yang dimaksimalkan juga bukan nilai saham namun nilai dalam arti luas antara lain kedewasaan, pencapaian, penerimaan, pengetahuan, penghargaan dan lain sebagainya.

Berbagi dan Pemaksimalan Nilai
Lalu bagaimana caranya meningkatkan nilai shareholders kita? Bertolak belakang dengan premis matematika dimana berbagi dimaknai sebagai pengurangan (minus), maka dalam teori keagenan kehidupan berbagi adalah cara paling efektif untuk meningkatkan nilai shareholders termasuk nilai kita sendiri sebagai shareholders bagi mereka di luar kita. Berbagi memang mengurangi pada saat kita melakukannya namun suatu saat jumlah yang kita terima akan berlipat-lipat. Selayaknya menabung yang mengurangi nilai uang di kantong kita, namun suatu saat kita dapat menikmati kembali uang tersebut bahkan dengan bunganya sekaligus.

Proses pemaksimalan
Bayangkan dua orang anak manusia berbeda jenis, sang lelaki dan sang wanita. Kita asumsikan mereka berdua memiliki masing-masing memiliki modal nilai sejumlah 10. Proses pernikahan dipercaya berbagai agama sebagai salah satu sarana untuk memaksimalkan nilai kedua orang ini.

Ketika mereka berpasangan, masing-masing bertindak sebagai agen dari pasangannya, mereka bersepakat untuk saling berbagi dengan menyerahkan sebagian modal nilai mereka kepada pasangannya. Mengapa sebagian? Karena sisanya mereka gunakan untuk kehidupan mereka masing-masing, untuk pekerjaan, orang tua, masyarakat, anak dan lain sebagainya. Proses berbagi antara kedua anak manusia berbeda jenis inilah yang nantinya akan memaksimalkan nilai mereka masing-masing sehingga bahkan akan mampu memperoleh nilai di atas modal mereka semula yaitu 10. Inilah yang dalam pepatah sering disebut dibalik laki-laki yang hebat terdapat wanita yang hebat dan sebaliknya di balik wanita yang hebat terdapat laki-laki yang juga hebat.

Lalu apakah selamanya akan terjadi proses pemaksimalan nilai dalam hubungan pasangan ini? Jawabannya tentu tidak. Setiap manusia pada dasarnya memiliki standar pengharapan masing-masing dari pasangannya. Misalnya dalam perumpamaan ini standar pengharapan si wanita adalah 6, namun sang laki-laki hanya bisa memberikan 5 saja karena selebihnya dia gunakan untuk pekerjaan kantornya, adiknya, bisnisnya, orang tuanya dst. Apabila si wanita tidak mau menerima nilai yang dibawah standarnya maka alih-alih akan terjadi pemaksimalan nilai yang terjadi justru akan mengurangi nilai masing-masing karena energi mereka berdua terkuras untuk konflik dan pertentangan. Lalu bagaimana cara mengatasinya? Tidak ada cara lain selain yang disebut dengan pengertian, selisih sejumlah 1 (6-5) antara standar pengharapan sang wanita dengan nilai yang dia dapat dari pasangannya adalah apa yang disebut dengan pengertian dan penerimaan.

Secara teori, apa yang diilustrasikan di atas sangat simpel dan sederhana sehingga terkesan sangat gampang untuk dilaksanakan, namun pada prakteknya tidak semudah itu. Pertentangan selalu akan terjadi, tawar menawar selalu akan sengit untuk menuju titik temu yang dalam istilah ekonomi disebut harga.

Contoh di atas hanya merupakan gambaran sederhana bagaimana proses pemaksimalan nilai seseorang yang terbentuk dalam hubungan antara sepasang anak manusia. Proses lainnya juga berlaku untuk pola hubungan yang lain seperti hubungan keluarga, hubungan rekan kerja di kantor bahkan hubungan kita dengan Tuhan dan lingkungan sekitar. Bukan sebuah kebetulan pula apabila pola hubungan (keagenan) ini dalam konsep tradisional Hindu sering disebut dengan Tri Hita Karana, sebuah konsep yang menyebutkan bahwa keseimbangan semesta terbangun dari keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alamnya.

Semoga kita semua mampu menjadi agen-agen yang akan memaksimalkan nilai shareholders kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun