Mohon tunggu...
I Wayan Agus Eka
I Wayan Agus Eka Mohon Tunggu... -

Just an ordinary public servant http://iwayanaguseka.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hari Ulang Tahun, Lupakan Kelahiran Maknai Kematian

8 Agustus 2010   03:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:13 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tepat 26 tahun yang lalu lahirlah seorang anak manusia yang kemudian dikenal dengan nama....." mungkin begitulah ungkapan yang sering kita dengar ketika seseorang berulang tahun. Tidak ada yang salah memang dalam ungkapan tersebut karena ulang tahun yang kita kenal umumnya dimaknai sebagai peringatan hari kelahiran kita, sebuah hari yang begitu bersejarah yang menandai kelahiran seorang anak manusia.

Namun mungkin sedikit sekali orang yang menyadari untuk memaknai kematian dalam setiap hari ulang tahunnya. Pemikiran yang sangat radikal memang bahkan bisa dikatakan nyeleneh dan tidak populis untuk memaknai sebuah hari yang sangat membahagiakan. Seberapa sadar kita bahwa dibalik pemahaman bertambahnya umur saat berulang tahun, namun pada saat yang sama juga terselip makna implisit bahwa ulang tahun juga berarti mendekatnya kita kepada akhir perjalanan kita sebagai manusia. Ya, bertambahnya umur juga berarti berkurangnya umur di lain sisi, persis seperti kita memaknai sebuah gelas yang berisi air separuh, kita bisa mengatakan gelas tersebut separuh penuh namun jangan salahkan ketika ada yang mengatakan gelas itu separuh kosong.

Berbagai keyakinan (baca:agama) mengajarkan hal yang sama bahwa umur manusia sudah dituliskan dalam satu kata yang disebut takdir. Tidak ada yang tahu kapan kita akan dijemput malaikat maut, mungkin sedetik nanti, besok, sebulan lagi atau puluhan tahun lagi, namun inilah jenis kepastian yang mutlak yang di dunia ini.

Lalu, mengapa mengidentikkan ulang tahun dengan kematian??karena kematian mengajarkan makna bersyukur yang menurut saya jauh melebihi kelahiran itu sendiri. Gede Prama dalam karyanya mengatakan bahwa bagaimana kita bisa menghargai kehidupan kalau tidak bisa memaknai kematian. Mengingat kematian sebagai sebuah kepastian memberikan pemahaman untuk selalu berterima kasih karena masih diberikan nafas kehidupan sehingga bisa menikmati pertambahan umur. Karena kematian selalu identik dengan "akhir perjalanan" maka memaknainya ketika berulang tahun juga berarti bahwa sang pemberi kehidupan masih mempercayai kita untuk masih menghuni badan kasar ini untuk melanjutkan tugas-tugas yang belum selesai, untuk membahagiakan dan menerima limpahan kasih darii orang-orang yang kita cintai dan yang lebih penting untuk memperbaiki diri menuju tangga-tangga yang lebih tinggi.

Tulisan ini bukan bermaksud memberi ceramah apalagi menggurui, sangat jauh dari itu. Ini hanya pemikiran yang melintas sekilas di benak saya, jadi mohon maaf ketika timbul kesan-kesan seperti itu.

Ahhh, hari ini aku berulang tahun, tidak ada kue apalagi pesta, hanya tundukkan kepala memanjatkan doa dan itu sudah lebih dari cukup. Sengaja memposting tulisan saat-saat menjelang pergantian hari ulang tahun ke keesokan harinya, bukan bermaksud apa2, hanya ingin mengenang sebuah kue strawberry keju dan sebatang lilin pada tengah malam beberapa bulan yang lalu.

Suksma Hyang Widhi

I Wayan Agus Eka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun