Melihat beberapa kali bandros melintas di jalan diponogoro, membuat saya penasaran dan tertarik untuk mencoba menaikinya. Bandros disini bukan jajanan tradisional orang sunda bercitarasa gurih yang terbuat dari santen dan parudan kelapa, tapi bandros disini adalah kepanajangan dari Bandung Tour On The Bus.
Bandros adalah sebuah bus tingkat pariwisata di kota bandung yang pertama kali di launching pada saat pergantian tahun baru 2013/2014 di jalan Ir. H. Juanda atau lebih dikenal dengan jalan dago.
Siring berjalannya waktu bus bandros pun bertambah menjadi 3 unit, dari awalnya hanya satu bus bandros berwarna mereh, tapi sekarang berjumlah 3 unit. Masing-masing berwarna merah, kuning, dan biru
2 bus bandros berwarna biru dan kuning itu pun pertama kali di launching di jalan dago dalam rangka perayaan hari jadi Kota Bandung yang ke-204 pada bulan September yang lalau. Namun, pada saat ini hanya ada satu bus berwarna merah yang beroprasi untuk melayani wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara untuk berkeliling kota banudung.
Pada hari minggu 7 desember 2014 saya mencoba untuk menaiki bandros, dengan membeli tiket seharga Rp 10.000 yang berada di dalam taman pustaka bunga di jalan citarum atau masyarakat bandung lebih familier dengan sebutan jalan cilaki. Setelah membeli tiket saya menunggu kedatangan bus kira-kira 25 menit. Sesuai dengan jadwal bus akan datang 1 jam sekali. Sekedar informasi bagi masyarakat yang ingin mencoba menaiki bandros, bandros beroprasi setiap hari dari pukul 8.00 hingga pukul 15.00, kecuali hari jum’at.
Setelah menunggu kurang lebih 25 menit, tibalah bus di depan taman pustaka bunga. Dengan para penumpang yang lain yang sudah menunggu saya bergebas menaiki bandros. Karena antusias penumpang yang bigitu banyak akhirnya saya mengalah berada dibagian bawah bandros, padahal tadinya ingin mencoba naik di laintai dua bandros, berhubung penuh, ia sudahlah.
sebelum mulai bekeliling, melalu pemandu yang ada di dalam bandros memperkenalkan masing masing kru, mulai dari supir hingga ke dua orang pemandu. Ya, mulailah bandros melaju pelan menyusuri jalan diponogoro, pemandu memberikan penjelansan singkat tentang tempat-tempat bersejarah seperti museum geologi, gedung sate, dan tempat-tempat bersejarah yang dilalaui oleh bandros. Rute yang dilewati bandros yaitu, jalan diponogoro, jalan banda, jalan aceh, taman lalulintas, jalan asia-afrika, jalan braga, jalan sunda, jalan Sumbawa, dan kembali lagi ke taman pustaka bunga.
Berhubung saya ada di dalam bandros bagian bawa, jadi saya kurang merasakan sensasi yang ada di dalam perjalanan. Perjalanan mungkin lebih berkesan bagi penumpang yang berda di bagian lantai dua bandros, selain bisa melihat pemandangan secara keseluruhan karena berada di lantai dua. Sensasi yang tidak kalah seru yaitu setiap bandros melewati pohon besar yang rantingnya menjuntai ke jalan, pasti penumpang akan diberi aba-aba oleh pemandu untuk merunduk agar tidak terkena ranting. Seperti pada saat bandros melaju di jalan banda sebelah studio photo jhonas, karena ranting-ranting pohon di jalan itu masih lebat menjuntai, pemandu memberi aba-aba untuk merunduk dan penumpang di bagian laintai dua pun terdengar terwa-tawa dengan adanya hal semacam itu. Mungkin nanti untuk kedua kalinya menaiki bandros, saya berharap bisa ada dilantai dua bandros, biar bisa merasakan sensasi yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H