Sehingga jika kita menelaah lebih jauh tragedi Charlie Hebdo dengan kebebasan berekpresinya sebenarnya sedang menunjukkan apa yang disebut Jurgen Habermas sebagai dilema solidaritas kosmopolit yang dipaksakan (coerced cosmopolite solidarity). Posisi pemerintah prancis yang seharusnya preventif mencegah konflik sebaliknya malah memainkan realpolitik standar ganda. Mereka tidak benar-benar mencegah potensi konflik yang menggunakan isu-isu SARA dari kelompok Sekular untuk menyerang imigran yang kebanyakan Islam karena alasan dukungan politis. Hal yang sama juga bahwa di sisi lain, politisi Perancis faham, bahwa mendukung hak minoritas adalah penting untuk me-rawat- basis dukungan politik mereka dari kaum imigran.
Akibat dengan kebijakan standar ganda seperti ini, maka satu kebebasan yang tidak dipagari dengan definisi-definisi yang jelas adalah sebuah absurditas, karena ia akhirnya seperti dikutip dari Habermas hanya dapat ditegakkan lewat cara-cara yang koersif, lewat jalan pemaksaan atau pencitraan.
Padahal kebebasan yang diatas namakan pada publik bukanlah sesuatu tanpa resiko karena ia selalu mengundang reperkusi (balasan) dengan caranya masing-masing yang biasanya adalah jalan kekerasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H