Seiring dengan berjalannya waktu, kekaguman itu berubah menjadi sebuah pertanyaan besar. Kenapa banyak kader kader anak muda yang begitu idealis pada waktu itu keluar daa mengundurkan diri? Mulai dari Tsamarah Amani, Rian Ernest, Michael Victor Sianipar dll. Mereka adalah jagoan PSI yang memperkenalkan bagaimana roh anak muda ini terbentuk, bagaimana keberanian untuk memulai sesuatu yang besar itu dimulai dari hal yang kecil dan sederhana. Bagaimana mereka meniti karir politiknya mulai dari magang dan menjalani tugas tugas pemerintahan membantu Pak Ahok di balai kota. Sesuatu yang luar biasa melihat jika keinginan untuk berpolitik itu tumbuh dengan kesadaran langsung, melihat, merasakan dan mengalami sendiri pengalaman tersebut.Â
Idealisme yang seakan memudar dengan track record PSI menuju 2024 yang semakin "aneh" dan kehilangan semangat egalitarianisme nya. Egalitarianisme adalah doktrin politik yang berkeyakinan bahwa semua orang harus diperlakukan sama dan mempunyai hak-hak politik, ekonomi, sosial, dan kewarganegaraan yang sama.Â
Mulai dari mengangkat beberapa orang populer menjadi caleg ataupun langsung menjadi ketua umum, tanpa proses rekrutmen yang jelas. Teringat beberapa tahun lalu, PSI menjaring calon legislatifnya dengan terbuka, transparan dan bahkan menyeleksi dengan presentasi terbuka kepada publik.
Apalagi adalah istilah Jokowisme atau Jokowi Is Me yang belakangan dianut oleh PSI. seolah PSI kehilangan semangat dan idealisme nya sendiri, sebagai partai anak muda yang digaungkan, semestinya PSI punya standar moral dan politiknya sendiri, bukan mencatut popularitas Presiden dengan dalih keberlanjutan kedepan yang ingin dijaga.
Dan puncaknya, kenapa PSI mengangkat Kaesang?Â
Partai idealis nasionalis menjadi partai oportunis populis yang mengandalkan keterkenalan Pak Jokowi dan anak nya untuk menggapai mimpi mimpi politik yang fana itu.Â
Apakah PSI telah berubah?Â
Apakah partai "beridealisme anak muda" itu mampu mempertahankan jiwanya atau mengikuti arus seperti partai lama lainnya?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H