Mohon tunggu...
Iwan Sukamto
Iwan Sukamto Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis adalah kenikmatan terbaik dalam hidup

Seseorang yang suka menulis, berdiskusi, mendengarkan dan mempertanyakan tentang suatu perspective. Tidak menyukai suatu hal yang netral. Netral itu membosankan, tidak bergairah, dan takut untuk memilih. Sangat percaya setiap orang unik karena pola pikir dan keberanian untuk mengungkapkan sudut pandangnya. The sexiest part of our body is our mind. Mari sama sama bercerita, tentang hidup dan masa masa yang tidak akan terulang lagi ini. Untuk sekali dan selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Made Anindya Samhita: Barcelona, Impian, dan Kebebasan

5 April 2021   12:53 Diperbarui: 5 April 2021   12:55 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang Barcelona: Vibrant, Diverse, Beautiful

“Diversity di sana ngajarin aku banyak hal. Tentang hal yang dianggap tabu di Indonesia tapi di sana tidak sebegitu buruknya. Tentang menghargai sesama dan pilihan hidupnya. Mungkin saat diberi kebebasan, justru kita lebih bisa bertanggung jawab sama diri kita sendiri”

Tidak ada yang pernah tahu perjalanan hidup seseorang, bagaimana dan sampai batas mana. Apakah dirimu percaya tentang keajaiban? Sesuatu yang membawamu menuju dan hidup ke suatu tempat yang bahkan tidak pernah kamu pikirkan sebelumnya.

Itulah yang dijalani oleh seorang Nindy, wanita berdarah Bali 26 tahun yang mengambil pendidikan lanjutan Master of Science in International Business di University of Barcelona. Ketika Nindy menceritakan perjalanannya untuk sampai disana, semua tidak semudah seperti yang terlihat di instagram ataupun dari omongan orang. “Aku nggak ada kepikiran buat ke Spanyol sebelumnya, jadi aku itu bahasa Inggrisnya hancur, jadi aku nggak bisa bahasa Inggris boro boro bahasa Spanyol waktu itu, cuman karena nekat, berangkat juga, bisa juga kesini,” katanya.

Menurutnya tinggal di Barcelona selama hampir 3 tahun, bagaikan “Livin la vida loca”  atau diartikan sebagai hidup dalam kehidupan gila

Dari situ Nindy menceritakan drama perjuangannya untuk belajar bahasa dan daftar Universitas, Nindy pun mengakui bahwa dia tidak pintar, tetapi kegigihan dan dukungan dari teman teman menjadikan kekuatan untuk terus mencoba ditengah kegagalan dan ketidakpastian hidup “Disitulah drama kehidupan yang sebenarnya, ya sudahlah kalau nggak bisa Master terus balik aja ke Indonesia, atau ya sudah sekolah bahasa lagi di Spanyol, Toefl dan IELTS aku juga nggak lulus, emang dasar bego aja, aku udah patah semangat, untung nya di semangatin sama teman teman disini,” .

Sampai pada akhirnya dia berhasil untuk berkuliah di sana, dan Nindy memahami bahwa ini bukan sekedar kehidupan akademik saja, tetapi untuk lebih mengenal diri sendiri dan menikmati hidup. 

Menurutnya tinggal di Barcelona selama hampir 3 tahun, bagaikan “Livin la vida loca”  atau diartikan sebagai hidup dalam kehidupan gila. Hidup dalam kehidupan yang gila sekaligus bebas, karena tidak ada siapapun yang menghalangi kita, terutama orang tua ataupun norma sosial yang biasa ada di Indonesia. Semuanya serba baru, gila dan bebas. 

Doc/ Nindy
Doc/ Nindy

"Kenapa harus takut selama kita menjalani hidup dengan benar? kalau pun ada sesuatu yg salah, itu adalah konsekuensi yg harus kita jalani. Sesimpel itu sih aku mikirnya”

“Itu juga sih yg aku suka di Barcelona. Kita bisa bebas mengekspresikan diri sesuai jati diri kita. Tidak ada yg menjudge atau apapun. Saya di sana kalau summer ya pakaian terbuka karena memang panas sekali, bisa dibuktikan kalau kalian ke Barcelona. Tapi kalau winter ya saya pake pakaian berlapis-lapis. Sesuai kondisi aja, tapi saya setuju penampilan adalah suatu freedom of expression. Aku suka orang yang jadi dirinya sendiri tanpa ngerugiin orang lain. Sedikit cerita lagi waktu di Barcelona. Di sana, bahkan nenek-nenek pun rambutnya di cat biru, pink, dll jadi sesuai kesukaan mereka aja gitu. Nggak harus sesuai apa yg orang inginkan. Menurut aku itu menarik,” jelas Nindy.

Nindy pun menceritakan insight-nya selama hidup di Barcelona, bahwa Barcelona menjadi bagian penting dalam hidupnya. “Barcelona memang tempat yang cocok untuk menikmati hidup. Aku bersyukur banget pernah hidup di sana dan ingin kembali ke sana. Ini bukan tentang "luar negeri"nya tapi lebih ke kenyamanannya. Orang disana ramah-ramah, kotanya cantik banget, hiburan malamnya terbaik, tapi juga ada wisata alamnya, pantai, bukit dll,”.

"Itu juga sih yg aku suka di Barcelona. Kita bisa bebas mengekspresikan diri sesuai jati diri kita. Tidak ada yg menjudge atau apapun"

Sampai pada akhirnya pilihan itu memberikan sudut pandang baru bahwa tidak ada yang perlu ditakuti kecuali ketidakpastian itu sendiri. “Ketakutan terbesar dalam hidup ya I would say, nothing. Kenapa harus takut selama kita menjalani hidup dengan benar? kalau pun ada sesuatu yg salah, itu adalah konsekuensi yg harus kita jalani. Sesimpel itu sih aku mikirnya”.

Nindy pun menyampaikan makna diversity and freedom sebagai sebuah fase yang akan dan harus dihadapi oleh semua orang. “Diversity di sana ngajarin aku banyak hal. Tentang hal yang dianggap tabu di Indonesia tapi di sana tidak sebegitu buruknya. Tentang menghargai sesama dan pilihan hidupnya. Mungkin saat diberi kebebasan, justru kita lebih bisa bertanggung jawab sama diri kita sendiri” (IS).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun