"Kamu yakin ingin pergi kesana? tanyaku sekali lagi.
"Iya kak aku yakin".
 Aku sempat menyergitkan dahi mendengar itu. Setengah tidak percaya.
"Kenapa? bukannya disana berbahaya?" aku bertanya lagi, mencoba memastikan.
Kamu terdiam dan aku juga sama. Diam yang menyakitkan.
Untuk sesaat kita saling memandang. Ini adalah saat terakhir yang indah. Tidak ada kata terucap. Tidak ada social distancing. Hanya diam dan saling menghayati satu sama lain.
"Kak... selama ini aku selalu bersembunyi. Aku selalu mempunyai banyak pilihan dalam hidup. Tetapi tidak ada yang pernah aku ambil. Takut untuk mengambil keputusan. Dan takut untuk menjadi diriku sendiri".
Matamu mulai memerah. Kamu mencoba untuk tidak melemah.
"Ijinkan aku untuk pergi"
Aku tahu aku tidak pernah bisa untuk melarangmu pergi, apalagi untuk bermisi ke tempat yang baru. Misi yang memang mulia yaitu menjadi volunteer ke daerah pandemi. Aku memahami jiwa sosialmu menuntunmu kesana.