Mohon tunggu...
iwan setiyabudi
iwan setiyabudi Mohon Tunggu... -

Seorang penggemar bacaan apa saja yang penting menarik. Sekarang sedang mengangsu ilmu di negeri Sumo sambil menyebarkan Indonesianism kepada orang-orang di negeri itu. Menjadi pengajar bahasa Indonesia, dan baru tahu kalau bahasa Indonesia itu susah. Mulai mencoba menulis blog karena tergelitik dengan beberapa penulis di kompasiana ini.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Andai Dosen dan Pimpinanku Bisa Menunggu seperti Allah…

14 Januari 2011   15:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:35 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allahu Akbar Allahu Akbar

Kaudengarkan awalan adzan ini dengan kepala menunduk di sebuah masjid besar komunitas masyarakat Turki. Maha besarkah Allah bagimu? Masa sih? Besaran mana sama dosenmu? Yang kalau kau tidak masuk kuliahnya, kau sangat memikirkan resikonya. Nanti dia tidak suka padamu! Nanti studimu bisa tidak lancar! Nanti beasiswamu bisa terputus tanpa ACCnya!

Besaran mana sama pimpinanmu? Yang kaumenunduk-nunduk waktu mendapat teleponnya? Kau lari-lari untuk menjaga agar tidak telat waktu kerja! Kauselesaikan segala tugas sebelum batasnya!

Ashaduanlaa ilahailallah

Kau bersaksi bahwa tuhanmu hanya Allah? Terus bagaimana dengan penelitianmu yang selalu kautekuni tiap hari tapi kau tidak menekuniNya? Kaubaca berkitab-kitab karya pengarang yang kauteliti, tapi satu kitab Allahpun apakah sudah habis kaubaca dan renungkan? Tiada hari tanpa membaca kitab pengarang itu, tetapi sudah berapa lama tidak kausentuh satu kitabNya?

Asyhaduanna Muhammadarrasulullah

Muhammad hanya titel dalam alasanmu kan? Ketika kauceritakan tentang Islam kepada kaum lain, kaukatakan dan kauceritakan panjang lebar tentang keluhuran beliau. Kaubanggakan beliau adalah insan yang paling hebat yang pernah ada. Tetapi, adakah kau lakukan sunnahnya? Kauterapkankah perjuangannya di dalam hidupmu? Atau kau kini hanyalah seperti seorang peneliti Muhammad saja, yang mengakui keunggulannya tetapi tidak mengikutinya?

Hayyaa alasshalah

Marilah shalat! Tunggu dulu ya! jawabmu. Masih tanggung nih! Kerjaan ini belum selesai! Nanti dijamak saja, atau sekalian jamak qoshor! Tahu kan kalau di sini bukan di Indonesia! Mereka tidak akan memberi pengertian atas alasan agama! Lagian di sini tidak ada temapt untuk shalat! Untuk wudlu juga susah, masa harus wudlu di wastafel? Nanti kalau airnya bercipratan dan kotor, nanti Islam akan disalahkan to? Ini negeri yang sangat menjaga kebersihan dan keteraturan! Lho kok sudah jam segini? Waduh tadi belum sempat shalat! tapi gak papa deh, yang penting niatnya!

Hayya alalfalaah

Mengapa ya aku sebagai orang Islam yang tidak makan babi dan tidak minum alkohol kok bisa kalah dengan mereka yang tidak Islam dan suka mabuk-mabukan atau seks bebas? Katanya Islam ditakdirkan menjadi pemenang? Masak harus kalah sama mereka? Ya Allah, tunjukkan pada mereka melalui diriku dong! Tunjukkan kepada mereka kalau muslim bisa menjadi juara! Selalu kaugugatkan di dalam hatimu

Allahu Akbar Allahu Akbar

Ah kini kaumulai mengerti di mana kekeliruan ini. Meski masih juga rasa enggan mengakuinya bergelayut di hatimu. Kaumulai rasakan sakit kecil yang semoga nanti menjadi besar dan dapat menampar dan menyadarkanmu. Tak mungkin kesalahan ini terletak pada yang lain melainkanmu.

Laailahailallah

Tuhan hanya Allah. Dia bisa menunggu kapanpun kaumau datang. Ketika kaubiarkan Dia menunggu dan kaulebih cemaskan dosenmu atau pimpinanmu daripada Dia, Dia hanya tersenyum seperti seorang ayah bijak yang tersenyum melihat nakal kecil anaknya. Dia akan berpikir bahwa mungkin kau belum siap menyatukan Dia, tetapi minimal samakan rasa cemasmu kepadaNya seperti rasa cemasmu kepada dosen dan pimpinanmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun