Pemberitaan di televisi beberapa minggu ini di isi oleh berita mudik dan balik lebaran. Hampir semua televisi meberitakan keadaan jalanan yang padat dan kesemrawutan transportasi dan akses di indonesia, baik transportasi darat, laut, udara. Kemungkinan terbesar dari agenda jurnalis tahunan ini memerlukan biaya yang tidak sedikit. Perusahaan televisi perlu mengeluarkan biaya khusus demi “terpecahnya kemacetan” mudik dan balik lebaran, benarkah?
Beberapa saat lalu saya mencoba untuk menghubungi dosen jurnalistik, dan menanyakan bagaimana sejarah pemberitaan mengenai mudik dan balik lebaran, apakah hanya sebagai kebutuhan saja, atau memiliki filosofi yang mendalam terhadap jurnalime di indonesia? Dosen jurnalistik saya hanya menjawab terlalu banyak versi.
Ketidak puasan terhadap jawaban dari pengamat jurnalis itu coba saya tuangkan melalui blog ini, saya berharap saya akan mendapatkan jawaban melalui laman ini.
Pertama, Mengapa stasiun televisi perlu membuat program khusus mudik lebaran?
Hal ini benar-benar menjadi pertanyaan besar bagi saya, padahal jika kita menilik waktu program tersebut berkisar dari 1-2 minggu saja.
Kedua, Mengapa stasiun televisi membincangkan kesiapan jalur mudik pada saat mudik sedang berlangsung?
Sungguh menggelikan jika pada akhirnya hanya menjadi pelajaran di mudik lebaran tahun berikutnya, seharusnya melihat potensi masalah yang ada, para stasiun tv membicarakan hal ini dalam kurun waktu 6-8 bulan sebelum mudik berlangsung. Sehingga apa yang kemudian menjadi keluhan masyarakat sudah ditanggulangi.
Ketiga, KECE saja dirasa tidak cukup untuk berpikir lebih pintar
Dalam pelaksanaanya, nilai keren saja tidak cukup untuk memperlihatkan bagaimana kejadian di lapangan, ini sangat berkaitan dengan ke efisienan waktu, tenaga dan materil yang dimiliki stasiun televisi, beberapa stasiun televisi memberitakan keadaan lapangan yang berlebihan dengan helikopter, dan bahkan ada saja stasiun televisi mewawancarai sejumlah tokoh saat sedang terbang menggunakan helikopter, sungguh memperlihatkan. Ke-KECEAN yang luar biasa namun tidak di imbangi dengan kepintaran yang luar biasa. Teknologi drone ternyata tidak mampu menebang kecanggihan helikopter.
Terakhir, perlu adanya kajian ulang terhadap ketepatan dan kegunaan program khusus mudik lebaran
Hal ini sangat berkaitan dengan riset, menurut saya terkait dengan ketepatan para stasiun tv untuk memberitakan keadaan di lapangan perlu dikaji ulang, apakah masyarakat benar-benar merasa terbantu dengan adanya pemberitaan mudik dan balik lebaran? jika adanya prediksi kepadatan, mengapa masih perlu di beritakan secara berlebihan? Justru jangan sampai prediksi itu sendiri dihancurkan oleh pemberitaan jurnalistik yang berlebihan. -IWAN SEPPRIADI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H