Mohon tunggu...
Iwan Sanjaya
Iwan Sanjaya Mohon Tunggu... -

Hanya seorang yang baru dalam menulis. Tidak lebih.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dragon Ball Nasibmu Kini

19 September 2015   10:41 Diperbarui: 19 September 2015   10:58 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berawal dari link ini http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32982-pembinaan-global-tv-kpi-minta-aspek-perlindungan-anak-dan-remaja-jadi-perhatian. Saya menjadi geli sendiri melihat tingkah karyawan KPI. Masak urusan Dragon Ball aja diurusin, tapi sinetron atau FTV macam anak-anak alay malah semakin menjamur. Kalau kata berita itu, Dragon Ball kena peringatan karena ada unsur kekerasan di dalamnya. Karyawan KPI, entah bagian mana, menganggap hal tersebut bisa ditiru oleh anak-anak. Rupanya karyawan KPI belum pernah asiknya memperagakan jurus kamehameha, nih.

Saya akan membahas dari sudut pandang psikologi anak dan remaja. memang pada tahap anak-anak, usia sekitar 6 sampai 7 tahun ada satu aspek perkembangan bahwa anak cenderung akan meniru sesuatu yang ia lihat, istilahnya kalo gak salah modelling. Hal tersebut terkadang membuat anak melakukan tindakan entah itu berbahaya atau tidak. Anak akan selalu meniru tokoh yang ia kagumi, makanya kami yang pernah nonton Goku dan kawan-kawannya melawan Majin Boo senang sekali memperagakan jurus kamehameha atau Gengkidama dan tidak ada dari kami yang memeragakan tendangan maut atau pukulan maut lainnya, gimana mau niru lah wong Goku dan Bejita kalau bertarung, planet aja bisa hancur.

Maka anak akan menyeleksi mana yang bisa ia tiru dan mana yang tidak bisa ia tiru. Maka orang tua perlu ada atau hadir ketika anak sudah mulai belajar dengan adegan modelling ini. Bukti lainnya adalah kami yang waktu itu masih anak-anak tidak bisa meniru adegan kekerasan yang dilakukan oleh Pokemon tapi kami (mungkin sebagian) bisa meniru cara melempar Crush Gear sampai hancur. Lalu kenapa sih Dragon Ball kena "semprot" oleh KPI?

kedua, psikologi remaja. Mungkin bagi teman-teman kompasianer yang bergerak dibidang Psikoogi atau pendidikan tidak asing dengan Psikologi Remaja. Remaja cenderung "keluar" kearah teman-temannya, kalau remaja ini dicekoki oleh acara alay, yang menuntut harus begini harus begitu maka anak remaja juga akan meniru, bedanya mereka meniru karena desakan teman-teman atau malah anak remaja, melalui media, akan membentuk sebuah konsep kalau mau gaul harus seperti sinetron A, kalau mau jadi keren harus seperti sinetron B, begitu seterusnya. Dengan alasan tidak ketinggalan jaman atau bahasa sekarang kekinian atau ngehitz atau apa lah itu namanya.

Jadi bapak ibu karyawan KPI, sudahlah, biarkan anak-anak dan (sebagian) kami menonton kartun dengan bahagia. Kalau lagi sendirian coba praktek in jurus kamehameha dan Gengkidama, pasi seru. Cobalah!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun