Ilustrasi : Sumber Republika.co.id
Secara khusus, ada pertanyaan yang sebaiknya kita pikirkan kembali, Â mengapa sebagian Mahasiwa "Bersedia" Berdemontrasi Menolak kenaikan BBM?
Apakah mereka benar-benar tidak ada aktivitas lain, padahal mereka juga diwajibkan untuk belajar?
Apa dibalik teriakan-teriakan dalam semangat yang membara?
Sebelumnya kita lanjutkan, kita simak kutipan Kata-kata terbuka mahasiswa (sebagian), seperti yang dilansir situs okezone.com,
Hal ini merupakan pernyataan sikap KAMMI dalam menyikapi kenaikan harga BBM. Ketua Umum Pengurus Pusat KAMMI, Andriyana, S.T., menegaskan, KAMMI menolak keputusan pemerintah yang dinilai mengabaikan suara rakyat kecil tersebut.
"KAMMI mengimbau pemerintah untuk meninjau ulang keputusan itu," kata Andriyana, seperti dikutip dari keterangan tertulis KAMMI kepada Okezone, Selasa (18/11/2014). sumber :Â http://news.okezone.com/read/2014/11/18/65/1067122/bbm-naik-kammi-ajak-mahasiswa-demo-sebulan
Kita Garis Bawahi bahwa Mahasiswa meminta :
1. Meninjau Ulang Keputusan Tersebut
2. Keputusan itu dianggap Mengabaikan Suara Rakyat Kecil.
Seperti judul pada tulisan diatas : MENTERJEMAHKAN DEMO BBM MAHASISWA, Â tidak keluar pada konteks itu, INI memerlukan suatu PENGERTIAN yang penuh HIKMAT disertai latar belakang tersebut.
Berikut yang cenderung Mahasiswa pikirkan secara praktis dalam demonstrasi Kenaikan BBM yang terbalut dalam kecerdasan mereka  :
1. Mahasiswa Berpikir  Bagaimana mungkin suatu kebijakan negara hanya diperhitungkan dalam faktor-faktor nilai ekonomis suatu produk tanpa memperhitungkan yang lebih besar daripada sekedar subsidi?
2. Mahasiswa berpikir, untuk apa  ada DPR bila fungsi keterwakilan rakyat tidak dilaksanakan? (Karena itu DPT tetap harus positif berpikir kenapa salah satu obyek demontrasi adalah DPR, karena DPR adalah suara rakyat itu sendiri).
3. Mahasiswa berpikir, apakah tidak ada cara lain untuk memakmurkan bangsa selain dengan menaikkan BBM ? karena belum tentu maksud baik Pemerintah untuk mengurangi subsidi dan mengalihkan nya ke subsidi produktif lain dapat menghasilkan suatu kinerja ekonomi yang baik pula. Â Indikator-indikatornya adalah sebagai berikut :
a. Untuk rakyat secara keseluruhan, Â Tidak adanya program perlindungan nilai bahan-bahan pokok dari Pemerintah
b. Untuk Rakyat Keseluruhan, Masih belum terjaganya dengan baik suatu Supply Chain management dan memungkinkan dapat terjadinya "kejahatan ekonomi" misalnya pengusaha-pengusaha nakal yang membuat produk langka, harga menjadi meningkat, bukan berbanding lurus dengan kenaikan BBM, (Jangan pikirkan Jakarta dengan infrastruktur yang baik, tapi 17 ribuan pulau yang lain) hal itu dapat menjadi penyimpangan yang luar biasa. Reaksi harga yang terjadi belum tentu naik seperti perhitungan kertas Pemeritah, bisa saja menjadi puluhan kali lipat.
4. Mahasiswa berpikir, seharusnya apabila seorang Pemimpin negara mengemban amanat konstitusi, konstitusi menjamin kesejahteraan seluruh bangsa, bukan hanya finansial, tetapi "kekuatiran-kekuatiran atas kebijakan yang hanya melihat penyelesaian dari satu faktor saja".
5. Ini bagian yang paling cerdas dari Mahasiswa, mahasiwa berpikir, kenaikan BBM tanpa dengan analisa yang akurat dapat memberi dampak kepada  Semakin Tingginya tingkat risiko pelaku usaha, misalkan di pertambangan mineral dan batubara, Berapa puluh ribu kontrak bisnis besar nasabahnya bisa gulung tikar dan dapat mengakibatkan gagal bayar kredit investasi/konsumsi perbankan, berapa banyak risiko yang bank tanggung, akhirnya kembali, bila puluhan ribu kontrak itu gagal bayar maka akan ada jutaan pekerja yang akan menjadi pengangguran.
Sebagai suatu contoh : Dalam 1 bulan terakhir misalnya di Kalimantan Timur, tercatat ada 4 perusahaan kontraktor tambang batubara terbesar di Kaltim (Pengusaha daerah) yang sudah mulai gagal bayar dan siap-siap gulung tikar, ini bukan masalah 4 perusahaan itu, namun mengenai lebih dari 2000 karyawan yang bekerja didalamnya,
Ini bukan masalah 4 perusahaan itu, tetapi mengenai risiko perbankan yang NPL nya naik dan bisa-bisa saja di jauhin investornya, lebih belum dihitung dengan kerugian dalam terjadi perampingan yang luar biasa yang sebagian mulai terjadi.
Secara langsung, mahasiswa berpikir, program kenaikan BBM yang tergesa-gesa ini bukan mengurangi rakyat miskin tetapi dapat menambahnya lebih besar.
6. Mahasiswa berpikir masih banyak yang dapat dilakukan untuk melakukan penghematan, dengan mengurangi impor dan meningkatkan ekspor, misalnya mengurangi Impor rempah-rempah dan sayuran dan menggiatkan program pemanfaatan pekarangan sebagai apotik hidup, bisa juga untuk dipergunakan menanam bawang dan sayuran yang mudah tumbuh lainnya.
Pikirkan bila mau mengiatkan program ini,
Tanaman Bawang merah dapat dipanen umur 55 hari, bila satu keluarga diluar diluar jakarta dan diluar warga yang memang tidak ada lahan pekarangan, katakan  10 Juta keluarga dapat menanam dipekarangan rumah, dapat memanen 1 Kg bawang merah sekali tanam,  sama saja sudah menghemat 10 Juta Kilograram bawang merah per 2 bulan (55 hari), Impor misalnya.
Itu bisa diberlakukan dengan produk lain seperti cabe, bawang putih, sayuran, bukan hanya dengan menyandang "menangis" harga cabe melangit tapi tidak berbuat apa-apa.
Program2 itu jauh lebih baik daripada memberi uang tunai, tapi hanya habis 3 hari.
Rakyat sekarang lebih banyak yang mengalami kemiskinan. Masih banyak cara lain untuk dapat membuat negara makmur selain pilihan singkat menaikan BBM yang efeknya berlipat, bukan berbanding lurus.
Kalau rakyat adalah anak, anak  sangat bangga dengan orang tua mendengarkan ketakutannya dan memberikan cara yang menawan untuk mengalahkan ketakutannya.
Saya yakin tidak ada satupun Mahasiswa yang ingin negaranya kacau balau, mungkin sebaiknya dipertimbangkan kembali sebelum semua yang semakin buruk terjadi. Â Karena Kita Indonesia
MENTERJEMAHKAN DEMO BBM MAHASISWA
Semoga bermanfaat untuk pengertian bukan emosi mendadak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H