Esok paginya, ketika pergi saya tidak pamit. Biasanya selalu mencium tangan bunda sebelum berangkat. Pagi itu tidak. Masih kesel saya sama kejadian semalam.
Sambil berjalan pulang, saya merenungi kejadian semalam... Saya ingat apa yang sering dikatakan orang-orang ,”Gusti Allah ora sare....”
Mata saya tiba-tiba basah, biarlah. Mungkin orang-orang melihatnya karena saya habis jatuh dari sepeda dan lecet disana-sini. Tapi, sungguh bukan itu sebabnya. Dalam waktu yang tidak terlalu lama Allah SWT menunjukkan kepada saya bahwa yang saya lakukan kepada Ibu saya itu salah.
Sambil berjalan, saya bernyanyi kecil untuk menghibur diri saya..
Bila aku besar nanti,
Kupergi dengan Ibu
Ibu boleh pilih sendiri
Kemana yang dituju
Bila ibu pilih Jogja Bandung dan Semarang
Aku yang membeli karcisnya naik kapal terbang
Hingga hari ini, kalau Anda lihat di dagu saya bagian kiri, ada tanda dari kejadian beberapa puluh tahun lalu. Mungkin jika Anda punya hal berat di dalam hati, cobalah cek, jangan-jangan seperti saya, karena menggores hati Ibunda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H