Mohon tunggu...
Iwan Piliang2
Iwan Piliang2 Mohon Tunggu... Wiraswasta - CEO Nikuba Hidrogen

Bisnis, Traveller, Blogger

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menunggu Wajah Kesal Luhut Kepada Singtel

10 Maret 2024   10:09 Diperbarui: 10 Maret 2024   10:17 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari terakhir, wajah kesal Luhut Binsar Panjaitan, Menkomarvest, masih menghiasi berita media dan Sosmed. Hal itu berkait,  ke konser artis dunai di "subsidi" pemerintah Singapura hanya tampil di sana.

Berita selanjut, Menteri Pariwisata, Sandi Uno, menyiapkan Rp 2 Triliun untuk konser artis setara dan "blocking-time"  laksana di Singapura, ke depan. 

Era awal Kompasiana ini saya acap menulis bagaimana sebagai bangsa dan negara kita alpa akan SPOK, subjek predikat objek keterangan. Bahasa logika. Era silam Bahasa Indonesia lima pontennya tak bisa naik kelas.

Di kekinian agaknya logika menjadi acak, kadang keterangan-keterangan tanpa subjek. Lebih celaka tak dapat membedakan mana prrmis mayor dan mana pula premis minor.

Dalam konsteks Singapura ini, sejak lama mereka banyak menembak di atas kuda.  Sebutlah Gas. Singapura dapat gas murah dari Indonesia melalui station gathering gas di Grisik Jambi, dialirkan ke Kepri lalu ke Singapura oleh Sembawang Corp., pun kini sudah  diperpanjang  kontraknya lagi. Dunia Industri Indonesia kelurangan gas, kalaupun diimpor harga kini US $ 12/MMBTU, Malaysia hanya jual ke industri Us$7/MMBTU.

Dari sisi  Telekomunikasi, sudah lama Singtel, Temasek, masuk ambil saham Telkomsel,di mana pelanggan 190 juta.  Simaklah ada tiga direktur startegis mereka kuasai. Pertengahan tahun lalu, Indihome diambil alih dari PT Telkom oleh Telkomsel. 

Indihome dengan aset Rp 58 triliun itu, dimasukkan ke Telkomsel hanya dengan melepas 4% saham Singtel, di Telkomsel senilai Rp 2,7 triliun. Itu artinya murah banget bangi Singtel, dengan uang segitu mereka kini  punya produk dua: selular terbesar dan jaringan Indihome.

Tak sampai hanya di sana, hari-hari karena dunia trias politika kita heboh Pilpres, Pileg, secara underground juga nyata dan cepat, telah pula dibentuk perusaha Infrasco, konon ini juga lagu Singtel, untuk menguasai jaringan fiber optic di Indonesia. 

Bagi subjektif saya, langgam Singtel, Temasek, ini bagian startegi menembak di atas kuda, mengiasai Indonesia. Maka dulu, 2014 ke seorang Capres, saya malah menyarankan membeli saja saham Singtel, Temasek di Telkomsel. Akan tetapi hari ini, jamgkan membeli saham Singtel, tapi Singtel kian bercokol di bisnis telekomunikasi Indonesia tanpa terasa, tanpa banyak media memberifikasinya, bahwa hal ini diduga pembobolan bangsa dan negara di infrastruktur telko. 

Hub-balahap, permaian Singtel di telko Indonesia ini khususnya terbaru di rencana  menguasai  fiber optic, akan saya tulis tersebdiri. 

Sementara saya menunggu wajah "kesal" Pak luhut di media ihwal penguasaan telekomunikasi Indonesia ini dengan MURAH meriah. Uang Rp 2 Triliun, uang negara disebut Sandi Uno, harusnya bisa menyelamatkan Indihome tetap di Telkom, bukan dilego murah ke Telkomsel, hany dibarter 4% saham dan Rp 2,7 Triliun. 

Di kekinian memang kian bias mana premis mayor dan mana pula premis minor. Hal pondamental di bangsa dan negara kian tergerus, tapi ngamuk hanya ke soal konser satu artis di Singapura. Lucunya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun