Pada 2013 pula di Kompasiana, saya pernah menulis sosok Bang Ipul tak banyak dikupas media. Bagi saya ia punya terobosan out of the box dalam  mengatasi perkelahian remaja antar kampung di Jakarta. Ia membuat prosesi mencuci kaki ibu. Event itu membuat anak nakal, gelandangan, bertangisan. Mereka pengangguran dibuatkan kursus macam-macam, tergantung minat. Kini ada jadi tukang servis AC, misalnya.Â
Solutip.
Ketika sebelum pemilihan  Gubernur DKI tempo hari, 2017, saya sempat mengirim pesan ke Bang Ipul, agar ia maju menjadi Cagub.  Seminggu kemudian ia ajak saya ke sebuah rumah di Menteng, Jakarta Pusat. Rumah itu hanya dihuni penjaga, di sebuah ruangan di meja ada nasi Briyani lengkap dengan potongan Ayam dan Kambing. Bang Ipul mengajak makan. Ada beberapa orang stafnya menunggu di luar, kami bincang-bincang berdua, termasuk soal "alotnya" mendapatkan dukungan partai politik. Kalau sudah sampai urusan kata mentok, kami tertawa-tawa.
Pada 28 Oktober 2019 Pemda DKI ada kegiatan #Langitbiru. Kawan saya mulai memasukkan motor listrik, di rentang harga di bawah Rp 10 juta. Kami berpartisipasi kala itu, selain memperlihatkan motor listrik kepada Gubernur Anies Baswedan, waktu lebih banyak saya gunakan bicara dengan Bang Ipul. Ia berpesan agar mengirim sebuah motor itu ke rumah, "Di rumah saya bayar."
Ia terlihat ringan menghadapi sakitnya, seperti ditulis Gubernur Anies Baswedan di IG-nya, ketika mengabarkan dipindah ke RSPAD, seakan  biasa saja, agaknya ia menganggap semua ini ringan-ringan saja.
Baru pekan lalu saya membahas kematian dengan isteri dan anak-anak. Saya menyarankan kepada mereka untuk memandu saya kelak menghadap Sang Pencipta dalam tawa. Â Dugaan saya Bang Ipul pergi ke Alam Sana, benar-benar tertawa tanpa kata-kata. Semoga Husnul Khotimah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H