Tadi malam UAS, dalam siaran live di teve one saya simak menjagokan Prabowo. Maka di mana perjalanan hidup mengalirkan hari-hari memohon bimbingan kebersihan hati dari Illahi, di 17 April 2019 nanti saya memilih Prabowo-Sandi. Saya menyimak spirit harapan umat diwakili UAS sangat-sangat besar, kepada Prabowo Jenderal Purnaiwran.
Mungkin dari perjalanan sejarah, kita harus menyadarkan hati ini sebagai warga siap-siap juga untuk kecewa.
Berjaga lebih baik dari pada terlalu besar harapn.
Toh, belum pernah ada kepemimpinan sipil hebat setelah reformasi ini berdiri, walaupun kita menggadangnya dengan bermimpi-mimpi.
Siapapun pemenang Pilpres, Â tetaplah masih "Jenderal" vs "Jenderal" di lapangan, khususnya AD. Saya belum tentu benar, mari uji, faktual mereka secara hirarki berorganisasi paling top.
Sebagai catatan, sebagai warga sipil, saya pernah menjadi pembicara di Sesko TNI 2015 di Bandung. Hari di mana Jenderal Purn Kiki Syahnakri berdua saya pembicara.Â
Notulennya tentu masih ada; bisa dicek di Sesko TNI, saya paparkan sehalaman BULKONAH, bulat kotak dan panah, mulai dari Pakto 1988, era BPPN, hingga berdirinya partai-partai; demokrasi kita bukan menjadi idiologi, tetapi terjerembat menjadi demokrasi industri.Â
Dalam "jenderal" vs "jenderal" penumpang pengendali, pemegang tambun fulus-mulus, dan celakanya, dominan mereka terindikasi agaknya alpa dari Pancasila. Itu saja. Titik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H