Bagaimana dengan Gatot Nurmantyo?
Bila menjadi wakil Jokowi, saya menduga Jkw-GN  sebagai pasangan pemenang. Akan tetapi ada partai pendukung lain harus ditoleran. Agak alot terjadi. Ada PDIP  konon memunculkan nama Budi Gunawan. Dan dalam aras ini  kuat sekali dugaan Tito Karnavian pun berminat pula maju. Sementara ada kader utama PDIP, Puan Maharani. Sehingga faksi di dalam PDIP sendiri sudah masalah pelik tersendiri dipecahkan. Gamang bagi Jokowi memilih GN.
Selanjutnya ada PAN, dimana ketua MPR, juga Ketua Umum PAN, Â terus bergerilya maju 2019. Bukan suatu sulit ditebak, bahwa Zulhas juga berminat menjadi wakil Jokowi. Nah di sini saya melihat Zulhas lebih cerdas dari Cak Imin, Â namun apakah berwujud Jokowi-Zulhas, Â menurut saya sulit terjadi.
Dari partai besar pendukung Jokowi, tinggal Golkar. Partai ini mengajukan Airlangga Hartarto, Cawapres. Dukungan dari berbagai elemen partai Golkar seakan mengerucut ke satu nama ini saja. Saya belum tahu bagaimana kiat Pak Jokowi bisa mengademkan PDIP, PPP, PKB, Nasdem, PAN dan Hanura? Wong belakangan dari Nasdem katanya Surya Paloh, pun berminat Cawapres, begitupun Wiranto. Dan di mana  Nasdem dengan sura dominan dikuasai Tommy Winata, bisa saja Nasdem mengusulkan GN.
Nah???
Coba dengan kerendahan hati kita dalam posisi Presiden Jokowi?!
Apa harus dan siapa paling pas-pantas dipilih jadi wakil di tengah poros ketiga, kuat dugaan terbentuk?
Melalui tiga poros capres-wapres, maka Pilpres berlangsung dua putaran. Mudah membacanya, satu poros kalah akan bergabung melawan Presiden Jokowi. Maka dua poros lawan incumbent itu strateginya, goreng terus isu kalau Jokowi tidak pro umat Muslim, modal dasar paling tokcer digoreng, selain, soal kaus ganti presiden harus diakui "terpeleset" dikomentari Jokowi, sehingga turunannya pun kini sudah ada berupa celemek dipakai tukang daging dan ayam di pasar.
Maka tidak mudah mematok dan memilih calon wakil presiden Jokowi.
Perihal ini menjadi sensitif sekali. Salah mengambil figur,  bisa pula partai pendukung sudah terbentuk mundur di tengah jalan. Bukankah di  politik tak  ada teman abadi dan juga tiada musuh abadi? Maka saya melihat posisi paling masuk akal: Jokowi bisa mengambil berdasarkan rumusan portofolio di pemerintahan. Ia butuh wakil berpengalaman, punya nama dan diakui oleh kalangan internasional.
Siapakah itu, dari perjalanan berproses menggadang pemimpin selama ini, termasuk jaringan IP Center pernah menggadang awal hastag #TGB2019 - - Â sejak resmi 22 April 2017, dan September 2017 sudah kami hentikan - - Â kami melihat figur paling tepat menjadi Cawapres Jokowi: Alex Noerdin, kini Gubernur Sumsel di periode kedua.Â