Maka ketika di Jakarta menyimak medsos, saya banyak di-bully oleh mereka yang mengaku begawan pembuat konten, saya hanya diam. Akun medsos saya tak aktif lagi. Saya lebih memilih menulis panjang di blog publik. Membaca sekilas ketikan Adinegoro di kertas menguning kecoklatan, esensi "Publisistik dan Jurnalistik", text book-nya tak berubah. Kerendahhatian mencari kebenaran minim, kepentingan kelompok, politik, membuat konten di ranah medsos berisi kebencian.
Ruh dasar jurnalisme bukan kebencian, keberpihakannya kepada warga, acuannya kebenaran. Sosmed bisa jadi karena tak punya code of conduct, orang bebas memaki. Cilakanya hati nurani, akal, budi pondasi jurnalisme, tak pula dielaborasi dalam membuat konten medsos. Ditambah fakta, orang seperti saya ini memang sejak lama berproses menggadang pemimpin, sebagai spin doctor.
Saya pernah menggadang preman, mempromosikan hafiz Al Quran jadi pemimpin. Tetapi namanya verifikasi belum tentu biar kata orang mulia, di kemudian hari tak harus kekeh saya gadang. Nah dalam proses itu saya menulis program dan perhatian bagus kepada Presiden Jokowi, seperti serfikasi tanah dalam 1,5 tahun terakhir, sudah rampung 5 juta sertifikat. Bandingkan selama ini hanya berkisar 500 ribu per tahun. Perhatian terhadap prestasi itu, ada membuahkan hujatan, makian, ke saya.
Begitulah Indonesia kita di medsos. Bagi saya hal itu menjadi kekayaan pengalaman peradaban. Pekerjaan paling berat di dunia menjernihkan hati, bersih, tiada dengki, marah, iri. Namun rimba belantara masyarakat kita khususnya di medsos, sampai ada mengatai, karena kembali dekat ke Presiden Jokowi.
Bisa jadi sosok-sosok penghujat memang tak membaca "Melawat ke Barat" karya Adinegoro, apalagi text book teori "Publisistik dan Jurnalistik" Adinegoro tiada, wong jilid satunya sudah tak terbit, jilid dua baru saja dengan rendah hati keluarga serahkan ke saya.Â
Dalam keadaan Indonesia bermedsos inilah Presiden Jokowi bekerja.
Dalam jurnalisme seperti hari ini pula Presiden Jokowi ada.
Melalui doa jelang Ashar di akhir menulis tulisan ini, saya hanya ingin melafalkan doa, "Ya Allah banyakkan rejeki mereka yang memaki, sehatkan mereka lahir dan batin. Aaamin."