Saya simak dari jauh Titiek Soeharto tetap senyum-senyum dengan muka bersih.
Dalam sikon demikian  mengalir meme-meme jenaka di Sosmed ngeledekGolkar, bahkan  lahir hastag #GolkarPakuPohon. Ada bendera kecil di bilangan Senayan dipaku  ke pohon-pohon. Laku memaku pohon itu saya yakini tak mungkin tega dilakukan  oleh seorang Titiek Soeharto bila ia Ketua Umum.Â
Namun  apa lacur, taglinedisosialisasikan Titiek ihwal Golkar kembali ke akar diplesetkan  sebagai kembali ke dinasti, lebih sadis lagi dituding kembali ke rejim korupsi, tanpa yang omong mau berkaca.Â
Maka kini berpulanglah keharibaan warga menilainya. Data Evello, mengatakan hampir seluruh wilayah, kecuali Papua Barat mendukung Titiek Soeharto Ketum Golkar, bahkan beragam polling  netizen mengakui Titiek tertinggi diminati warga memimpin Golkar.Â
Pemilik suara tentu DPD I, DPD II. Akan tetapi jika  acuan lubuk hati, timbul pertanyaan benarkah keberadaan mereka di Munaslub ini  kini para voter?
Hingga di sini saya ingin bilang ke Anda, walaupun kita bukan berada di negara diktator, sejatinya kita disandera proklamator.Â
Siapakah proklamator di kekinian reformasi?Â
Mereka  adalah pemegang dana tambun, karena  kekuasaan  = dengan fulus mulus.Â
Maka siapa punya proklamator, maka merdekalah dia menjalankan segalanya, termasuk mematuk jabatan hingga tenggang tahun jabatannya.Â
Nah Anda, saya, dan warga umumnya, mungkin malah kini belum merdeka, karena tak memiliki proklamator di era kekinian. Sehingga Anda dan saya hanya bermimpi saja ada demokrasi Pancasila mulia itu. Tak apalah, selagi bermimpi di kepemimpinan saat ini, Â belum kena pajak.
Sebagaimana ranah online memberikan rasa merdeka, mari kita proklamirkan Pemilu Online.Â