Dalam keadaan jurnalisme kita miskin kerendahan hati verifikasi tiada henti, patron tentang seseorang acap mengalir tergantung opini berkembang. Hembusan angin liar terkadang lari-lari dari fakta.
Kidung terakhir Hari Pahlawan malam itu menuju titik akhir ke sebuah forum milineal. Ada pemutaran Film Animasi Surabaya. Film layar lebar itu pernah mendapat penghargaan dari Eropa. Â Maka jelang Isya malam itu, saya simak Nyalla hanya jadi pendengar, tidak tampil di podium forum. lebih dari sejam ia menyimak.Â
Menjelang pulang seorang animator muda, kordinator dialog hari itu menghampirinya. "Saya sudah paham bagaimana mengembangkan ekonomi kreatif. In Sha Alloh bila saya gubernur kita dirikan venture capital riil, sebagai pondasi pengembangan industri kreatif," papar Nyalla.
Saat ini sosoknya memang menjadi salah satu Bacagub. Kendati belum mendapatkan rekomendasi partai politik, saya simak di Jatim baliho, spanduk Nyalla bersama Prabowo, Partai Gerindra dengan grafis putih telah banyak beredar. Partai Gerindra memiliki 13 kursi.Â
Mereka tentu berharap kepada poros tersendiri bersama PAN pemilik 7 kursi DPRD dan PKS 6 kursi, bisa mengusung La Nyalla. Para pendukungnya kini tentu menanti kepastian itu.Â
Sosok Nyalla bagi saya, telah memecah kehingan Pilkada Jatim 2018 nanti.  Jatim telah senyap dengan figur dan nama itu ke itu saja  maju berjibaku merebut kursi gubernur, Khofifah dan Gus Ipul. Keduanya mengandalkan sentimen suara NU. Maka tinggallah kidung  Nyalla sang pemecah keheningan menyalakan Jatim, sebagai pilihan.