Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris dan Pekerja Kreatif Televiisi

Lahir di Malang - Hobi Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Siapakah Penonton Dominan TV Nasional Saat Ini?

24 Agustus 2021   05:59 Diperbarui: 24 Agustus 2021   06:02 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tayangan televisi lokal saat ini memang tidak seperti tahun 1980an hingga 2000an awal yang mengalami boom (ledakan) sebagai primadona hiburan yang diperhitungkan banyak perusahaan untuk memasarkan produknya lewat tayangan iklan disana yang ditujukan baik untuk kalangan atas dan yang bawah.

Memang ujungnya tayangan televisi tidak lain hanyalah untuk menayangkan program-program yang digemari masyarakat pada umumnya, artinya tidak segmented (terbatas kalangan tertentu) sehingga kurang menarik bagi banyak pengiklan untuk mensponsorinya.

Tayangan segmented seperti untuk anak-anak, rohani, kesehatan dan berita memang punya segmen pemirsa sendiri sehingga iklan-iklan yang muncul di program tersebut "khusus" bagi pemirsa setianya yang rela tune in dan berlama-lama menyaksikan program tersebut.

Sedangkan tayangan yang gado-gado seperti variety show dulu juga pernah digagas dan diproduksi dengan mengkombinasikan program dialog, musik, kuliner dan kuis dan beberapa acara cukup sukses seperti acara Pesta Indosiar, Warna Warni RCTI dan beberapa lainnya.

Namun ternyata selera pemirsa berkembang ketika acara variety show ternyata terbukti salah satu segmennya dragging (membosankan), seperti bintang tamu dialognya kurang menarik, penyanyinya tidak punya nilai jual dan alasan lainnya, sehingga segmen-segmen tersebut dipecah menjadi acara musik, kuliner, dialog dan kuis sendiri-sendiri.

Acara Kuis sempat jadi primadona dari Family 100, Kata Berkait, Apa ini Apa itu dan klimaksnya Who Wants to be A Millionaire (WWTBAM) yang memperebutkan hadiah hampir Rp.1 milyar.

Acara dialog atau talk show dulu masih ditayangkan di slot prime time di stasiun televisi yang sekarang sudah ogah menayangkannya karena rating dan sharenya kecil seperti acara Aneka Dialog (RCTI) dan Perspektif (SCTV).  Alhasil program seperti ini sekarang jadi milik program televisi berita yang memang pemirsanya sangat segmented.

Sedangkan acara kuis sendiri sudah lama mati suri kecuali yang terakhir muncul di Global TV seperti Price is Right, sedangkan acara kuliner memang mengejutkan masih ada program Master Chef di RCTI yang cukup sukses, walau SCTV pernah membuat program serupa yaitu Hell's Kitchen tapi kurang sukses.

Pergeseran selera penonton memang dinamis karena dengan lahirnya televisi kabel, pay tv dan juga smart phone via internet membuat pangsa penonton televisi terdistorsi secara signifikan. Kalau jaman akhir 80an dan awal 90an, TVRI masih menagih iuran televisi tetapi penonton ogah membayar karena mereka tidak menonton TVRI tapi menonton televisi swasta , maka sekarang banyak program televisi swasta yang dulu "happening" juga tidak ditonton orang lagi seperti film serial asing (Hollywood) yang tidak pernah terlihat lagi ditayangkan di jam prime time (18:00-22:00)-Anda masih ingat betapa suksesnya serial televisi macam Mac Gyver, Baywatch,Knight Rider, Friends dan lainnya.  

Dari laporan rating dan share tertinggi stasiun televisi saat ini, primadona program televisi adalah sinetron, musik (dangdut), talent search (ajang nyanyi dan kuliner), olah raga (sepak bola). 

Memang kejutan tayangan olimpiade saat bulutangkis ditayangkan masuk ke 10 besar tayangan tertinggi rating dan sharenya, sebaliknya tayangan sepakbola lokal hingga saat ini tidak bisa meruntuhkan dominasi dan hegemoni tayangan sinetron. 

Acara sepakbola segmented pria tapi yang diarah memang potential buyernya yaitu para pria yang dianggap punya keputusan dalam membelanjakan uangnya, karena kebanyakan mereka  merupakan pekerja.

Dilihat dari program yang sekarang tayang dan masuk 10 besar program berating tinggi kita juga bisa menebak siapa penonton televisi terbesar saat ini karena jenis iklan seperti mie instant, minuman bersoda, toiletris, snacks, smart phone, produk kecantikan dan sepeda motor banyak muncul secara kualitas dan kuantitasnya dan jarang misalnya iklan produk komputer terbaru atau pada jaman tahun 90an, iklan mobil Volvo mewah yang ditayangkan dengan durasi lebih dari 1 menit saat prime time.

Tapi itulah faktanya realitas penonton televisi saat ini yang masih menganggap tayangan televisi layak untuk ditonton sehingga tidak masalah acara pernikahan artis dengan durasi berjam-jam ditayangkan dengan berbagai versi program, pokoknya artisnya disorot terus, sampai kalau perlu penonton sampai kesal dan sebal dan akhirnya ganti saluran televisi-sambil ngedumel "Stasiun TV dengan izin publik kok acara "lebay" bisa blocking time?"    

Terakhir khusus tayangan hiburan apakah penonton televisi masih mendapatkan manfaatnya? Bagi mereka yang punya banyak pilihan dengan kuota smart phone memadai dan bisa membayar secara rutin abunemen televisi berbayar, acara televisi nasional saat ini tidak banyak berguna, namun bagi sebagian besar rakyat yang tidak punya banyak pilihan, program televisi yang tayang saat ini banyak manfaatnya bagi mereka.

Dan lucunya banyak penonton setia sinetron televisi saat ini juga harus terbiasa melihat segmen terbaru penyajian iklan produk yang tidak ada hubungannya dengan cerita sinetron. 

Mungkin si penulis ingin ada adegan di rumah makan mewah, tapi karena ada produk mie instant dan kopi sachet yang jadi sponsor dan ingin produknya jadi "built in" product,  membuat produser dan sutradaranya bingung mengatur dimana meletakkan produk tersebut di adegan itu-sebuah contoh saja.

Jadi siapa penonton televisi saat ini? Yang jelas ada survey kepada para remaja dan anak sekolah beberapa waktu yang lalu ketika ditanya kalau ada pilihan mau dibelikan televisi baru atau smart phone baru, mereka sepakat memilih yang kedua. Jadi  siapakah penonton televisi masa depan?Jangan-jangan sekarang disuruh migrasi dari analog ke digital, mungkin masa depan sudah transmigrasi ke internet. Lol.  

It's the possibility of having a dream come true and makes life interesting-Paolo Coelho (Berusaha mewujudkan mimpi jadi kenyataan membuat hidup jadi lebih menarik)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun