Perhelatan sepakbola Piala Eropa dan Copa America tahun ini bersamaan waktunya bahkan finalnya cuma beda dalam beberapa jam. Dan ternyata pertandingan Italia vs Inggris seseru pertandingan Argentina melawan Brazil, sayang kedua tuan rumah kejuaraan akbar ini yaitu Inggris dan Brazil kalah.
Sepakbola adalah olah raga yang jadi magnit banyak penonton di seluruh dunia kecuali di Amerika Serikat, sehingga pesta sepak bola 4 tahunan (Piala Eropa) dan Copa America (2 tahunan) ini jadi ajang para sponsor untuk unjuk gigi menawarkan produknya tidak hanya di stadion namun juga di rumah dengan penuhnya slot iklan jelang pertandingan, pada saat rehat dan highlights pertandingannya.
Dan itu sebanding dengan perolehan rating/sharenya yang banyak di 10 besar tayangan populer setiap harinya,seperti yang ada di layar RCTI tahun ini.
Berbeda dengan Piala Dunia 2018 di Rusia yang ditayangkan di Trans TV, Piala Eropa 2020, tapi diselenggarakan tahun 2021 karena adanya pandemi Covid 19 tidak sepenuhnya ditayangkan di layar RCTI, ada pertandingan-pertandingan tertentu hanya ada di kanal digital yang hanya bisa disaksikan di layar smart phone seperti pertandingan Inggris vs Jerman dan Belanda vs Republik Ceko.
Tapi apakah keputusan yang dibuat penyelenggara televisi salah? Saya pikir dengan produk yang dibeli semakin mahal, dan penonton yang semakin jarang menonton televisi kecuali ajang akbar atau sinetron/film unggulan, pihak stasiun televisi ingin juga melakukan “test the water” animo masyarakat dalam menyikapinya.
Sebagai informasi stasiun-stasiun televisi besar juga mulai merambah lahan digital untuk mempertahankan hegemoninya agar produknya tetap ditonton, karena penonton dan mereka yang memfollow adalah tambang emas dan data jumlah penonton ini yang memungkinkan mereka terus mendapatkan kue iklan untuk meneruskan bisnisnya.
Ternyata sejak semifinal dengan menyisakan 3 pertandingan hingga final, grup MNC akhirnya tidak melakukan lagi penutupan penayangan lewat jalur teresterial. Artinya mungkin pihak MNC melihat opini , kritikan dan masukan dari masyarakat tentang tidak ditayangkannya pertandingan hebat seperti Italia vs Belgia, kupingnya mulai panas dan kebakaran jenggot.
Perlu dimaklumi memang stasiun televisi saat ini beda dengan era 90an hingga pertengahan 2000an yang jadi barometer hiburan pemirsa di rumah, karena saat ini dengan makin maraknya televisi digital dan gadget kreatifnya, penonton televisi makin berkurang secara masif.
Beberapa televisi swasta yang dulu sangat kental dengan produksi lokalnya macam Indosiar, SCTV, ANTV dan lainnya sudah terlihat sebagai televisi penayang saja, artinya departemen produksinya sudah berkurang stafnya atau malah sudah dihapus divisinya.
Mungkin yang ada di benak penyelenggara televisi buat apa punya manpower banyak tapi tidak efisien yang malah bikin tinggi biaya overhead cost tapi sebaliknya tidak sebanding dengan jumlah pemasukan iklannya?
Bisnis televisi memang mahal kalau produksi acaranya tidak berating/share tinggi apalagi ceruk utama yang dicari adalah saat prime time antara jam 18:00-22:00 dimana banyak penonton berada. Ceruk dimana harga iklan mahal dan penonton membludak, nah ini kombinasi ideal untuk dapat perhatian.