There is no compromise when it comes to corruption. You have to fight it. (A. K. Antony)
KPK telah mengumumkan tersangka korupsi di jajaran Kementerian Pertanian. Â Ada tiga pejabat sebagai tersangka, yakni Menteri, Sekjen dan Direktur. Â Jabatan itu berhirarki Menteri, Eselon 1 dan Eselon II.Â
Dugaan korupsi yang disangkakan adalah Menteri memerintahkan bawahannya untuk menarik uang guna membiayai kebutuhan hidup pribadi menteri.  Hmmm.. ini adalah semacam cerita klasik dan penyalahgunaan wewenang pola jadul.  Rasanya agak sulit membayangkan pola klasik ini masih terjadi di jaman modern ini.  Modus ini terlalu sederhana untuk dibaca orang awam… sementara kejahatan korupsi saat ini lebih menggunakan teknologi informasi.
Semoga kebenaran hukum terungkap di pengadilan nanti.
Tulisan ini tidak bermaksud mendiskusikan perihal korupsi dan aspek hukumnya. Â Tulisan ini ingin melihat salah satu sudut pandang bagaimana posisi seseorang ketika sulit menolak atasan yang menyalahgunakan wewenang.
Seorang memilih berkarier sebagai ASN tahu bagaimana berjuang dan menunjukkan kinerja terbaiknya. Â Adalah hal umum dan lumrah terjadi persaingan antar ASN menuju puncak karir jabatan. Â Kementerian Pertanian, juga kementerian lainnya telah punya sistem karier dan jabatan yang canggih untuk menetapkan orang-orang terbaiknya pada suatu jabatan.Â
Saya melihat dua ASN yang diduga terlibat kasus korupsi Kementan adalah orang yang terbaik. Â Ia telah membangun kapasitas dan integritas selama ini dengan prestasi yang teruji. Â Juga, mereka dipilih dan ditetapkan oleh sistem karir dan jabatan yang canggih. Â Usia dua ASN itu juga menjelang 60 an, mereka tentu ingin mengakhiri kariernya (pensiun) dengan aman, nyaman, dan bahagia. Â Mengakhiri karier sebagai ASN dengan husnul khotimah.
Pertanyaannya, mengapa dua pejabat ASN itu terlibat.
Jadi pejabat itu memang serba menyenangkan karena ada banyak fasilitas, priviledge, dan kemudahan. Â Wewenangnya, ucapannya, tandatangannya sangat powerful. Â Namun disitulah pejabat khususnya ASN harus mampu menempatkan diri, harus tahan terhadap godaan dan tekanan yang melangggar norma atau etika. Â Pejabat mungkin bisa menolak godaan, karena kendalinya lebih mudah dikuasai. Â Namun, yang paling sulit adalah menolak (tekanan) dari atasan. Â Lihat tulisan sebelumnya.
Atasan ketika mengajak berkolusi bukan tidak mungkin disertai ancaman; yang mungkin membahayakan karir dan jiwa anak buahnya. Â Kemungkinannya, dua ASN ini tidak dapat menolak atasan. Â Tekanan itu begitu kuat dan keras, sehingga menjebol hati nurani dan integritas ASN. Â Mungkin dua ASN ini telah berhitung ada resiko hukum tingkat tinggi bila menolak atasan.