".....ketika melawan arus, kita dapat menemukan mata air. Tapi, ketika ikuti arus, kita pasti menemukan pantai"
Bagi wisatawan di Jawa Timur khususnya, nama Bajulmati atau Jalur Lintas Selatan (JLS) sudah tidak asing lagi. Â Bajulmati adalah lokasi wisata pantai selatan di kabupaten Malang, yang kini aksesnya semakin terbuka dengan akses JLS. Â JLS mulai populer dengan selesainya jembatan Bajulmati tahun 2005. Â Kini pantai-pantai baru di sepanjang JLS juga berkembang untuk memanjakan wisatawan. Lihat tulisan penulis sebelumnya (1, 2, 3)Â
Namun, sesungguhnya wilayah JLS tidak hanya menyajikan wisata berbasis pantai. Â Kini juga ada wisata susur sungai Bajulmati. Â Rute susur sungai dimulai dari anak sungai di sekitar desa Sidodadi atau Gajahrejo, kecamatan Gedangan, kabupaten Malang, dan berakhir di muara sungai Bajulmati dekat pantai Ungapan.Â
Anak sungai itu oleh penduduk dinamai Sungai Bangkong, peminat wisata menyebutnya dengan "Amazone" karena rutenya dipadati dengan vegetasi mangrove. Anak sungai itu kemudian bertemu dengan sungai Bajulmati.  Susur sungai menempuh jarak 2 hingga 3 km menggunakan perahu dayung  atau motor.
perjalanan, wisatawan akan memperoleh penjelasan tentang konservasi sungai dan mangrove, edukasi budidaya mangrove, dan sejarah Bajulmati.Â
Aktivitas susur sungai dijalankan oleh penduduk desa, dengan kemampuan pemanduan dan interpretasi yang baik. SepanjangPemandangan susur sungai ini sangat indah dan sangat alami. Â Lebar sungai Bajulmati mencapai 30 m, menampakkan tebing sungai yang hijau oleh vegetasi mangrove, sementara lainnya tebing tanah terbuka yang rawan longsor karena tidak terlindungi oleh mangrove. Â
Disinilah, wisatawan diajak terlibat menanam mangrove. Â Menjelang akhir rute, perahu melewati bawah jembatan Bajulmati yang ikonik itu. Â Pemandu siap membantu pengambilan foto dengan latar bangunan jembatan.
Wisatawan tidak perlu kuatir, pengelola mengutamakan keselamatan dengan mewajibkan pelampung, dengan pemandu perahu yang berpengalaman. Â Kalaupun aliran sungai Bajulmati lumayan terasa, namun tidak nampak arus yang bergelombang, sehingga mempengaruhi laju perahu. Â Wisatawan masih dapat memainkan dayung dengan santai. Â Secara umum aliran sungai Bajulmati sangat nyaman untuk berperahu, dan ini bisa cocok untuk berlatih lomba dayung, atau event dayung.
Susur sungai berakhir di muara sungai dekat pantai Ungapan. Â Penulis beberapa kali kesini baru menyadari adanya hamparan sedimen yang membentuk dataran estuari yang membatasi sungai dan laut. Â Kiranya dataran ini yang mampu menahan dan menstabilkan arus sungai Bajulmati. Â Wisatawan turun dari perahu disini, dan dapat menuju ke ke warung sekitar untuk membersihkan diri (mandi), ke musholla atau menikmati makan minum. Â Â
Manfaat Konservasi Susur Sungai
Aktivitas wisata susur sungai memberi keuntungan yang nyata bagi pengembangan wisata di JLS. Â Pertama, susur sungai mencerminkan aktivitas wisata edukasi dengan nilai-nilai konservasi mangrove. Â
Ini dapat mengalihkan perhatian atau mengurangi tekanan wisata pantai yang berorientasi mass tourism. Â Kami melaksanakan aktifitas susur sungai pada tanggal 23 Desember 2022. Â Dari foto nampak warna air sungai kekuningan, pertanda adanya aliran permukaan dan erosi di wilayah hulu dari aktivitas pertanian.Â
Kedua, diversifikasi usaha. Â Aktivitas susur sungai menciptakan pelaku usaha wisata dan aktivitas turunannya. Â Penduduk desa di sekitar sungai Bajulmati umumnya adalah petani. Â
Kini mereka memiliki usaha jasa sewa perahu, jasa pemanduan, jasa makan dan minum, homestay, dan transportasi. Karenanya aktivitas usaha wisata di hulu ini bernilai konservasi dan juga untuk mengurangi tekanan terhadap lahan. Â Bila area hulu terkonservasi, maka sustainabiliti usaha wisata akan terjamin.
Ketiga, pemberdayaan. Â Aktifitas susur sungai menghasilkan pemberdayaan sosial dan ekonomi. Â Dengan terlibat melayani kebutuhan wisatawan, penduduk meningkat kemampuannya dalam mengorganisasikan usaha, mengatur aktivitas wisata, dan memperoleh manfaat ekonomi. Â
Hal ini secara otomatis akan meningkatkan jiwa kewirausahaan, kolaborasi, etos kerja, kebersihan lingkungan dan hospitality penduduk desa. Â Penduduk desa punya kemampuan mengembangan dirinya, memajukan wisata, memajukan desa sesuai kondisi budaya dan lingkungan setempat. Â Tokoh lokal seperti pak Izar berperan menggerakkan masyarakat terlibat dalam pengembangan wisata.
Keempat, pembangunan wilayah. Â Pembangunan JLS tidak harus berfokus pada pengembangan wisata pantai, namun lebih penting kepada pembukaan akses desa-desa sekitarnya, atau yang berada di wilayah hulu. Â
Dengan aktivitas wisata sejenis susur sungai, maka lokus pembangunan menjadi tepat sasaran kepada desa dan warganya. Â Infrastruktur jalan dan jembatan, serta jaringan komunikasi menjadi prasyarat bagi berkembangnya wisata di desa. Â Dengan penguatan ekonomi desa wilayah hulu ini, maka menciptakan keseimbangan hulu vs hilir (pantai), dan berdampak positif bagi ekonomi, sosial dan lingkungan wilayah JLS.Â
Malang, 27 Desember 2022.
Penulis menulis buku:
Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 978-602-9033-31-1
Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta. ISBN 979-3330-90-2
Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1
Iwan Nugroho. 2016. Kepemimpinan: Perpaduan Iman, Ilmu dan Akhlak. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 9786022296386
Iwan Nugroho, Rita Hanafie, Purnawan D Negara, Candra Aditya, dan Muhammad Ilham Nugroho. 2021. Eduwisata: Catatan Perjalanan Wisata Alam, Budaya, Agrowisata, dan Kreasi/Kuliner. Â Badan Penerbit Universitas Widyagama Malang. Â 235 halaman. ISBN 978-623-7126-20-1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H