When you're a leader --- no matter how long you've been in your role or how hard the journey was to get there --- you are merely overhead unless you're bringing out the best in your employees. Unfortunately, many leaders lose sight of this. -Dan Cable
Weci, apa itu? Â Weci adalah nama lokal makanan di Jawa Timur. Â Nama lain weci bermacam-macam, ada yang menyebut ote-ote atau bakwan. Â Weci ini adalah makanan gorengan yang disukai banyak orang.Â
Weci terbuat dari adonan tepung terigu (campuran dengan beras), diberi campuran sayur wortel, taoge, kobis, atau lainnya. Â Campuran adonan itu, ditambah garam atau bawang, atau bumbu tertentu, kemudian digoreng. Â Â Bisa juga di atasnya diberi udang, atau potongan ikan atau daging, .. pasti tambah mak nyus.
Selama pandemi Covid-19 ini, weci menjadi kesukaan keluarga kami. Â Tidak perlu beli keluar rumah, tapi membuat sendiri. Â Hitung-hitung sambil refreshing, dan tidak butuh waktu lama. Â Tepung tersedia banyak di toko atau supermarket, di dalam tepung itu sudah ada bumbunya. Â Saya biasa membuat atau mencampur sendiri adonan, dicampur dengan sayur yang tersedia. Â Pernah ditambahkan potongan kacang panjang, wortel atau jagung; tentu dengan bawang daun.
organisasi dan kepemimpinan. Â Berikut poin-poinnya.
Nah, .. memaknai weci ternyata dapat menemukan banyak nilai-nilai positif. Â Ini penting bagi manajemen
Weci disukai banyak orang.  Mengapa? Karena weci memenuhi hasrat/kepuasan bagi banyak orang.  Lihatlah, rasanya nikmat, banyak dijual, dan harganya terjangkau.  Seandainya weci dikemas dalam tampilan seperti Kakiage (bakwan-nya Jepang) atau seperti cake mewah, mungkin konsumen akan menjauh.  Dengan kata lain weci itu tampil apa adanya, dengan bentuk macam-macam, bahkan bisa seperti virus corona.. he..he.Â
Seorang leader perlu mengemas dirinya menjadi orang yang humble. Â Ia harus tampil apa adanya agar dapat didekati anak buahnya, dan kemudian ia memberi yang terbaik bagi banyak orang. Â
Menurut Dan Cable dalam Harvard Business Review (1), kekuasaan dapat menyebabkan leader terlalu terobsesi dengan hasil dan kontrol, oleh karena itu, cenderung memperlakukan karyawan sebagai alat untuk mencapai tujuan.Â
Hal seperti ini meningkatkan ketakutan orang, takut tidak mencapai target, takut kehilangan bonus, takut gagal, dan sebagai akibatnya orang merasakan emosi negatif dan dorongan untuk apatis dan tidak mau belajar lagi.
Weci terdiri campuran bahan bergizi. Â Weci memuat bahan bergizi yang sehat. Â Ada karbohidrat (dari tepung), mineral (sayuran), dan protein (daging, telor atau ikan); serta tentu lemak (dari minyak goreng) dan ramuan bumbu. Ramuan atau campuran dalam weci adalah khas, dan seimbang. Â
Perhatikan pula, api kompor saat menggoreng jangan terlalu kecil atau besar, agar weci tidak menyerap minyak terlalu banyak, atau menjadi gosong.
Seorang manajer atau leader selalu berhadapan dengan man, method atau money.  Ia perlu merencanakan dan meramu sumberdaya tersebut dengan baik, agar dapat mencapai target sesuai dengan harapan.  Â
Leader harus memperhatikan standar mutu kerja (method) untuk memberdayakan orang-orang sesuai dengan kompetensi, dan menghasilkan inovasi dan kreativitas. Â
Emphaty seorang leader menjadi kekuatan untuk mendekati orang-orang lain agar memberi yang terbaik baik organisasi. Â Emphaty juga menciptakan harmony, karena semua pihak dalam organisasi menjadi diperhatikan dan menerima value yang positif yang terpancar dari seorang leader.
Weci yang enak.. yang lembut. Nah.. ini yang agak susah. Â Agar tercipta tekstur weci yang lembut, perlu kesabaran mengolah adonan, dan proses penggorengan. Ini memang perlu pengalaman dan jam terbang yang tinggi. Â Karenanya ibu-ibu lebih paham tentang hal ini. Â Membuat weci perlu melibatkan hati!
Memimpin organisasi, seorang leader perlu menggunakan passion dan hati dalam memanage sumberdaya. Â Totalitas seorang leader bekerja perlu meniru bagaimana seorang ibu dengan kesungguhan, cinta, dan keikhlasan mengurusi anak dan keluarganya. Â
Siang malam seorang ibu bekerja, memikirkan satu per satu anaknya, mengasuh dan mendidik anaknya menjadi anak yang sholeh.
Leader perlu menggunakan kompetensi dan perangkat organisasi, itu benar. Â Tapi itu tidak akan berjalan manakala hati seorang leader tidak terpaut dengan hati orang-orang di sekelilingnya.Â
Tom Gardland dalam bukunya Lead with Heart (2), memberikan pendekatan yang tidak konvensional pada kepemimpinan, termasuk saran dan strategi tentang cara membuka diri sebagai seorang pemimpin, mengenali potensi karyawan, dan meningkatkan kepercayaan karyawan pada leader dan organisasi. Â Â
Delapan ciri pemimpin tersebut (3) antara lain: (i) menunjukkan kehangatan, minat pada kesejahteraan karyawan, dan keinginan untuk terhubung dan bergabung; (ii) siap membantu orang lain dalam keadaan apapun termasuk berkorban materi, (iii) menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap organisasi, (iv) Selalu menampilkan sikap dan perilaku menghargai, menghormati, mendorong, memberdayakan orang lain; (v) meluangkan waktu untuk orang lain meski sibuk; (vi) mau mendengar dan menunjukkan kepedulian, Â (vii) memperlakukan waktu orang lain seolah-olah sama pentingnya dengan waktu leader; (viii) senantiasa berorientasi dan bersemangat tentang pertumbuhan, perkembangan, dan karir karyawan.Â
Ini akan menghasilkan transformasi dimana organisasi menjadi tempat yang nyaman bagi karyawan untuk menunjukkan amal, setiap orang merasakan hubungan yang dalam satu sama lain, muncul engagement menjadi bagian dari misi organisasi, dan keterlibatan luar biasa dalam pekerjaan.
Malang. 29 Juli 2020
Buku yang sudah diterbitkan:
- Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 978-602-9033-31-1
- Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Cetakan 1 tahun 2004. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta. ISBN 979-3330-90-2Â
- Iwan Nugroho. 2013. Budaya Akademik Dosen Profesional. Era Adicitra Intermedia, Solo. 169p. ISBN 978-979-8340-26-0
- Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1Â
- Iwan Nugroho. 2016. Kepemimpinan: Perpaduan Iman, Ilmu dan Akhlak. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 9786022296386
- Iwan Nugroho. 2018. Menulis, Membangun kekuatan dan motivasi kehidupan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 155p. ISBN 9786022299271
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H