Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Berminat Menjadi Menteri, Ini Kriterianya!

21 Oktober 2019   22:25 Diperbarui: 21 Oktober 2019   22:52 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"The key is to remain calm under pressure, trust the team you have built, and use the data available to make the best possible decisions.  Having a little faith doesn't hurt either" (Brent Gleeson) 

Beberapa hari ini berita pencalonan menteri ramai sekali.  Koran, berita dot com, televisi domestik dan asing ikut memberi analisis terhdap tokoh-tokoh yang pantas menjadi menteri.  Baru kali ini, dalam sejarah Indonesia, berita nominasi atau pencalonan menteri sangat ramai dan trending.

Siapapun calon menteri itu, mereka adalah orang yang baik, punya prestasi dan pengalaman tertentu.  Yang perlu dipahami calon menteri itu, adalah tetap seorang calon, belum menjadi menteri definitif hingga diberi SK atau dilatik oleh Presiden.

Nah .. yang sering dilupakan, sebenarnya bagaimana atau kriteria macam apa yang digunakan oleh Presiden, untuk memutuskan seseorang menjadi menteri.

Sejak jaman pak Harto menjadi presiden hingga pak Jokowi saat sekarang, keputusan memilih menteri adalah keputusan pribadi seorang presiden.  Keputusan yang penuh pertimbangan politis, teknis/kompetensi,.. dan mungkin nasib baik.   

Seorang presiden, baik itu pak Jokowi atau siapapun, adalah seorang leader dengan segala kelebihannya, antara lain pengaruh, punya pengalaman, kestabilan emosi dan punya intuisi tertentu.  Ia adalah presiden Indonesia, salah satu diantara orang terbaik bangsa Indonesia pada jamannya.  Ia ditakdirkan untuk memimpin negara besar dengan penduduk 260 juta jiwa. 

Keputusan seorang presiden memilih seseorang menjadi menteri bukanlah untuk diri pribadi presiden, tetapi untuk kepentingan bangsa dan negara, untuk mengimplementasi rencana program nasional, untuk kemaslahatan umat dan rakyat Indonesia. 

Karena itu, keputusan memilih menteri adalah suatu keputusan yang besar; karena berhadapan dengan masalah bangsa.  Keputusan yang penuh pertimbangan dan strategis.

Keputusan yang membutuhkan kecerdasan emosi kebangsaan, yang memuat kesadaran mengutamakan kepentingan publik, kesabaran menghadapi masalah bangsa, memahami menajemen ragam kepentingan, dan berdimensi jangka panjang (1)

Kalau sudah begitu.. maka keputusan Presiden begitu luar biasa.  Menterinya pun menjadi orang yang luar biasa, yang memahami maksud presiden.   Menterinya itu juga paham tentang visi kebangsaan, dan mengimplementasikan dalam program-program yang nyata untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan kesejahteraan masyarakat (baca juga 2, 3). 

Seseorang yang sekalipun populer, pintar, atau cakap, belum tentu terpilih menjadi menteri. 

Misalnya saja, ada orang yang tinggi ratingnya dalam nominasi, namun tidak terpilih menjadi menteri. Si calon itu tidak perlu menunjukkan kekecewaannya.  Sebaiknya ia bersyukur, karena sudah masuk nominasi.  Ini kurang lebih sama, seperti halnya pemain bola yang sudah masuk TC, namun akhirnya tercoret menjadi tim ini. 

Karena itu, penting memahami kerangka berpikir pengambilan keputusan Presiden dalam memilih menteri.  Mungkin saja diantara kita belum paham makna kebangsaan, misalnya masih sering berpikir parsial, mementingkan kelompok atau melihat secara sempit tentang kehidupan.   Selalu menganggap diri paling benar atau menyalahkan orang lain.

Apa implementasi kebangsaan itu?  Bagaimana bekerja dan memberi manfaat untuk bangsa itu?

Jawabnya simpel, bekerja saja, patuhi norma dan aturan hukum, tunjukkan kualitas, bekerjalah secara produktif, berpikir untuk kepentingan orang banyak, memberi manfaat untuk orang banyak.   Seorang menteri pasti punya kapasitas dan kualitas yang demikian ini.

Semua warga bangsa, dimanamupun anda berada, bekerja dalam bidang apapun, bisa mengimplementasikan visi kebangsaan itu.

Masih berminat menjadi menteri?

***

Malang, 21 Oktober 2019

Buku yang sudah diterbitkan:

  • Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 978-602-9033-31-1
  • Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Cetakan 1 tahun 2004. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta. ISBN 979-3330-90-2 
  • Iwan Nugroho. 2013. Budaya Akademik Dosen Profesional. Era Adicitra Intermedia, Solo. 169p. ISBN 978-979-8340-26-0
  • Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1 
  • Iwan Nugroho. 2016. Kepemimpinan: Perpaduan Iman, Ilmu dan Akhlak. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 9786022296386
  • Iwan Nugroho. 2018. Menulis, Membangun kekuatan dan motivasi kehidupan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 155p. ISBN 9786022299271

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun