Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menakjubkannya Air Terjun Tumpak Sewu di Lumajang

13 November 2018   20:25 Diperbarui: 17 Oktober 2019   20:12 3425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjalankan tugas mengajar mata kuliah ekowisata, menuntut kreasi metode pembelajaran agar mampu diserap oleh mahasiswa. Seperti biasanya, saya coba ajak mereka pergi ke lapangan, untuk praktek, mencari pengalaman sekaligus refreshing.

Hal seperti ini biasanya disambut semangat oleh mahasiswa. Beberapa tulisan sebelumnya di kompasiana juga dari pengalaman lapangan tersebut.

Pintu gerbang dari jalan utama Malang-Lumajang menuju Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Pintu gerbang dari jalan utama Malang-Lumajang menuju Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Sejak awal saya sudah 'kepo' dengan tujuan wisata Tumpak Sewu. Tumpak sewu sudah sangat populer khususnya bagi anak-anak muda yang suka berletih-letih, menemukan tantangan dari jalur trekking yang ekstrim.

Pada hari yang ditentukan (2 Oktober 2018) akhirnya kami pun berangkat ke Tumpak Sewu, dengan lima orang mahasiswa magister (S2) PSLP UB ditambah dua orang tim kecil operator drone. Lokasi air terjun Tumpak Sewu masuk wilayah kabupaten Lumajang, dekat perbatasan kabupaten Malang.

Dari Malang saya melalui rute Malang-Turen-Dampit-Ampel Gading, memakan waktu sekitar 2.5-3 jam berjarak sekitar 70 km. Tumpak Sewu masuk desa Besukcukit Sidomulyo, kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang; pada koordinat 8.228, 112.920.Saat tiba di lokasi, saya lihat sudah ada pengelolaan wisata, mulai petunjuk yang jelas, jalanan yang memadai, warung makan, parkir, hingga layanan mushola. Karena saya datang pas hari kerja, suasananya memang sepi. Di sini kami membayar tiket masuk sepuluh ribu rupiah per-orang.

lokasi wisata Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
lokasi wisata Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Kami pun kemudian beranjak menuju tempat panorama, melewati jalan berlantai semen/atau beton. Kami berjalan hanya sekitar sepuluh menit, atau sejauh 300-400 meter, tiba di sebuah tempat.
Jalur menuju air terjun Tumpak Sewu, (koleksi pribadi)
Jalur menuju air terjun Tumpak Sewu, (koleksi pribadi)
Tempat itu bernama bukit panorama, karena pengunjung menyaksikan panorama atau bentang alam yang eksotik dari tempat ini. Gambar Tumpak Sewu yang beredar di internet diambil dari tempat ini.

Tempat ini seluas kira-kira 30 meter persegi dengan bangunan permanen bertingkat sejenis gardu pandang. Daya tampung paorama sekitar 50 orang. Kalau hari libur, pasti kerumunan terjadi disini, dan bisa membayakan keselamatan.

Fisiografi Tumpak Sewu dengan latar gunung Semeru (koleksi pribadi)
Fisiografi Tumpak Sewu dengan latar gunung Semeru (koleksi pribadi)
Posisi bukit panorama ada di bibir bukit dan berseberangan langsung dengan air terjun Tumpak Sewu seluas mata memandang. Nampak air mengalir terjun dari rembesan di dinding bukit yang melingkar. Karena banyaknya air terjun, itu maka nama seribu (sewu) disematkan.

Sementara Tumpak berarti menumpang, atau diartikan seribu air terjun yang menumpang pada dinding bukit. Saya mencoba menghitung, diameter atau jarak antar bukit sekitar 100 m, dengan ketinggian air terjun hingga lembah sekitar 50 hingga 70 meter. 

Air Terjun Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Air Terjun Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Mengamati pemandangan seribu air terjun seperti gordin panjang menjuntai yang menghiasi dinding bukit, atau seperti kain panjang busana wanita yang menjuntai ke kaki. Itulah keindahannya. Semua airnya jernih seolah menyapa lembut wisatawan.

Air jernih ini adalah sumber mata air dari ekologi setempat yang masih terpelihara, terlihat dari lebatnya hijau vegetasi di dinding bukit.

Fisiografi Air Terjun Tumpak Sewu dilihat dari drone (koleksi pribadi)
Fisiografi Air Terjun Tumpak Sewu dilihat dari drone (koleksi pribadi)
Sebuah aliran air keruh, itu berasal dari sungai. Sungguh luar biasa indah dan unik. Kami memanfaatkan drone untuk mengabadikan pemandangan sekitar. Nampak air terjun/sumber air lainnya di sekitar Tumpak Sewu.

Kabarnya bentuk air terjun seperti ini satu-satunya di dunia, dan menjadi tujuan wisata baru bagi wisatawan minat khusus. Disebut khusus karena hanya yang punya nyali mau hadir disini.

Keelokan Tumpak Sewu mulai dikenal bahkan saya juga menemukan wisatawan asing datang ke sini. 

Sumber air/air terjun lain di sekitar Tumpak Sewu, dilihat dari drone (koleksi pribadi)
Sumber air/air terjun lain di sekitar Tumpak Sewu, dilihat dari drone (koleksi pribadi)
Sekitar 45 menit kami memuaskan diri di bukit panorama, kami kemudian memutuskan lanjut turun ke bawah. Awalnya saya ragu turun mengingat fisik sudah 50 tahunan, sementara para mahasiswa dan lainnya belum genap 25 tahunan.

Saya sempat mendapat info, jarak hingga ke air terjun bawah sekitar 800 m, dengan jalanan tanah diperkuat konstruksi dan tangga bambu. Hal ini biasa saja bagi peminat wisata khusus petualangan.

Dimana-mana turun ke air terjun jalanan selalu ekstrim, turun naik, sehingga perlu kehati-hatian dan kewaspadaan (berdasarkan pengalaman ke Coban Talun, Coban Tengah, atau Selolapis).

Jalur tangga bambu (koleksi pribadi)
Jalur tangga bambu (koleksi pribadi)
Benar juga, jalan turun harus ekstra hati-hati. Di beberapa tempat kelerengan hampir 80 persen, sehingga harus melalui tangga. Ada pula jalanan harus menyeberangi aliran air terjun.. wooow benar-benar menantang.

Pengelola sudah memberi pengaman pada jalur ini dengan pegangan besi atau tali. Di beberapa tempat, kami berjalan menurun sambil mundur sambil berpegangan tali. 

Kami berjalan pelan, saling menyemangati, menunggu dan membantu. Setiap telapak kaki melangkah, harus memastikan bahwa bambu lumayan kuat untuk menaham beban tubuh. Di beberapa tempat, bambu itu juga terlihat rapuh dan patah oleh jejak kaki.Saat menuruni bukit itu, saya lihat pemandangan yang indah di atas lembah sungai. Fisiografi berbukit di Malang Selatan menawarkan edukasi geologi.

Hal ini sebenarnya potensi wisata edukasi yang dapat diserap wisatawan. Saya juga melihat jalur lain di seberang bukit. Jalur itu juga nanpak lebih ekstrim karena kelerengan lebih curam.

Jalur melalui arus air di Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Jalur melalui arus air di Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Jalur melalui arus air ke dasar air terjun Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Jalur melalui arus air ke dasar air terjun Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Itu kemungkinan jalur yang dikelola oleh desa lain. Fenomena berebut wisatawan ini adalah hal lumarh, banyak ditemukan di tempat-tempat lain. Itu menjadi positif sepanjang dikelola dengan baik dan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan. 

Di suatu tempat, kami sempat berhenti di pondok sederhana. Ini kelihatannya seperti warung, yang juga menjadi tempat istirahat wisatawan.

Lokasi ini berdekatan dengan air terjun kecil dengan sebuah goa, namanya goa Bidadari. Di sini kabarnya tempat untuk menyepi oleh orang-orang yang memiliki kepercayaan tertentu. 

Goa Bidadari, di Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Goa Bidadari, di Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Jalan/koridor menuju dasar air terjun Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Jalan/koridor menuju dasar air terjun Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Perjalanan kami lanjutkan turun hingga ke lembah sungai. Perjalanan sudah mendatar, dan melewati aliran sungai menuju arah hulu atau dasar air terjun.

Aliran sungai selebar 3 meter membelah jalanan menunju dasar air terjun, dengan jembatan besi yang konstruksinya unik dan apa adanya.

Yang manarik di lembah ini, pemandangan semacam koridor atau lorong sempit dibatasi bukit tinggi yang cocok untuk background foto. Yang mau foto-foto prewed bisa coba kesini he..he. Di tempat ini, suara dan canda kami seolah menggema dan memantul oleh dinding bukit yang tinggi.

Dasar air terjun Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Dasar air terjun Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Dasar air terjun Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Dasar air terjun Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Hingga akhirnya perjalanan tiba di dasar air terjun. Waaooow.. luar biasa indah. Saya terdiam sejenak, terpana dan takjub bercampur jadi satu.

Begitu tersadar, badan saya tidak berhenti berputar menyaksikan puncak bukit yang melingkar dengan hempasan kuat air terjun dan embun mengena pipi. Alam begitu indah, takjub dan agung.

Dokpri
Dokpri
Dasar air terjun Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Dasar air terjun Tumpak Sewu (koleksi pribadi)
Tubuh terasa mengecil melihat keagungan alam ini. Kami seolah .. memendam perasaan sambil mengagungkan dzat yang mahakuasa. Ini maha karya yang luar biasa. 

Di dasar air terjun, kondisinya tidak rata, ada batu besar atau bukit kecil. Saat itu jumlah pengunjung sekitar 25 orang, termasuk beberapa wajah bule.

Ada juga yang bermain di dekat aliran sungai, sambil melepas penat selama perjalanan Agar tidak terhempas tekanan embun, kami sembuyi dibalik batu atau dinting bukit, agar nyaman memainkan kamera. 

Saya teramat sulit mengungkapkan keindahan dan eksotiknya Tumpak Sewu ini. Rasanya utaian kata-kata tidak mampu mewakili apa yang terjadi disini. Sebaiknya pembaca hadir di tempat ini untuk membuktikannya.

Catatan perjalanan ke Tumpak Sewu, Oktober 2018
Malang, 13 November 2018

Buku yang sudah diterbitkan:

  • Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 978-602-9033-31-1
  • Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Cetakan 1 tahun 2004. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta. ISBN 979-3330-90-2 
  • Iwan Nugroho. 2013. Budaya Akademik Dosen Profesional. Era Adicitra Intermedia, Solo. 169p. ISBN 978-979-8340-26-0
  • Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1 
  • Iwan Nugroho. 2016. Kepemimpinan: Perpaduan Iman, Ilmu dan Akhlak. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 9786022296386
  • Iwan Nugroho. 2018. Menulis, Membangun kekuatan dan motivasi kehidupan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 155p. ISBN 9786022299271

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun