Seorang calon haji selalu diliputi rasa gelisah. Betapa tidak, ia selalu menunggu kepastian berangkat ke tanah suci. Bagi yang mendaftar haji reguler, masa tunggu itu sekarang sudah lebih dua puluh tahun. Karenanya ketika ada pemberitahuan berangkat, mereka pun seolah tidak percaya.
Para calon haji itu sangat berhati-hati. Karena memang ibadah haji ini teramat suci, merupakan panggilan dari dzat yang amat suci, yaitu Allah.
Para calon haji itu selalu merenung ia teramatlah kecil untuk menerima panggilan Allah. Renungan itu selalu terjaga dengan berhati-hati menyikapi pemberitahuan keberangkatan haji.
Sebagaimana makna bacaan Talbiyah, maka calon haji akan memenuhi panggilan Allah, ia seakan-akan bertemu dengan Allah sebagaimana yang diidamkan oleh setiap muslim.
Hingga suatu saat, persiapan dan bekal berangkat ke tanah suci sudah dilakukan. Â Disinilah, calon haji mulai berani, dan menguatkan hati dan niat. Ia memberitahu keluarga dan sahabat, sekaligus meminta doa restu.
Saat itu perasaan kemudian beralih, calon haji menjadi bahagia dengan tetap menjaga ketawadukan (kerendahan hati). Â Mereka bersemangat menyiapkan perlengkapan dan bekal sekaligus meningkatkan kualitas ibadahnya.
Perasaan seperti itu pernah saya alami beberapa tahun silam. Pengalaman ini perlu ditularkan kepada siapa saja, bagaimana perasaan menerima panggilan Allah ini. Itu sebabnya saya sangat bersemangat ketika silaturahim kepada siapa saja saat mau berangkat haji. Ada dorongan ikut merasakan kegembiraan dan kebahagiaan mereka yang mau haji atau umroh.
Atas dasar pengalaman itu, kami pun menggagas program umroh untuk karyawan kantor. Â Motivasinya sederhana, agar karyawan juga dapat beribadah di tanah suci sekaligus merasakan kebahagiaan seperti jemaah haji atau umroh.Â
Saya memberi pesan kepada calon haji atau umroh untuk memikirkan hal-hal yang positif dan menyenangkan selama persiapan, di tanah suci hingga kepulangan kembali.
Berpikir positif dalam haji pada dasarnya meletakkan keikhlasan dan kepasrahan kepada Allah semata. Disinilah kunci merasakan nikmat dan bahagianya ibadah haji.Â
Beban ibadah tersebut menjadi makin berat manakala semuanya dipikirkan. Â Hal itu dapat menyita perhatian dan dapat mengganggu rukun haji, atau mengganggu kesehatan.
Berikut ini beberapa hal selain perihal rukun ibadah, agar calon haji atau selalu merasakan nikmat, bahagia dan manfaat selama perjalanan haji, seperti selalu berdzikir mengingat Allah.
Hal ini membuat hati dan pikiran akan fokus  mengingat Allah sekaligus mengalihkan dari pikiran lainnya, seperti cemas atau kuatir.
Allah pasti menjamu seluruh tamunya dengan berbagai kenikmatan ketika tamunya bersikap ikhlas dan tenang. Para jamaah dapat itikaf di masjid Haram atau Nabi, untuk sholat, dzikir, ikut kajian, baca Quran atau berdoa.
Orang-orang itu karekternya bermacam-macam, ada yang positif dan negatif. Â Calon haji harus mampu mengendalikan dirinya, tetap tenang, tidak terbawa emosi, atau bercanda berlebihan.
Justru penting, jadikan ini sebagai ladang amal, dengan inisiatif membantu, memberi makanan, menghibur atau memenuhi kebutuhan calon haji lainnya. Â Ini adalah bagian dari akhlak berhaji. Cari lah teman atau sahabat, bahkan dari negara lain, yang dapat menambah manfaat silaturahimÂ
Saat wukuf di Arofah, makin komplek hal yang dihadapi dan banyak ketidak siapannya. Kunci menghadapinya yakni dengan sabar dan istigfar, seraya berdoa memohon kepada Allah semata.
Menambah pengetahuan agama. Bumi Allah di tanah suci memiliki nilai sejarah dan makna ilmu agama. Ini adalah kesempatan langka untuk belajar, sekaligus membuktikan apa yang tertulis di Quran atau Hadist; dengan melihat bukti-bukti sejarah, masjid, kehidupan nabi dan perjuangan keislaman khususnya di Mekah dan Madinah.
Jamaah yang tinggal di maktab berjarak ke masjid di atas sekitar 1.5 km, perlu berjalan kaki pulang pergi. Â Ini memerlukan energi cukup dari asupan makanan dan istirahat yang cukup.
Di Mina, Arofah dan Madinah, makan disediakan oleh katering, seyogyanya jamaah menikmatinya apapun kondisinya. Itu sudah diorganisasikan oleh Tim Haji secara maksimal. Itu juga adalah jamuan Allah untuk tamunya. Â
Ini semacam survei riset untuk mendalami pengetahun tentang goeologi, klimatologi, pembangunan kota, tata kota, infrastruktur, logistik, pemasaran hasil pertanian dan kehiduan sosial lain.
Mekah atau Madinah memiliki manajemen kota modern. Input, proses dan output energi dan informasi mampu dikelola dengan baik untuk memberikan kenyamanan bagi jutaan tamu Allah.
Di waktu senggang, para jamaah dapat menikmati kota, dengan berjalan di keramaian, pertokoan, belanja atau makan di restoran. Â Silakan mengajak jamaah lain untuk menikmati hal itu.
Semoga para jamaah diberikan kemudahan, kelancaran, kesehatan, dan pulang membawa predikat mabrur.
Malang, 3 Agustus 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H