I continue to be interested in new things that seem old and old things that seem new. Jaquelin T. Robertson
Belajar banyak dari lingkungan kota, itu yang selalu saya lakukan saat mengunjungi suatu wilayah. Â Kota adalah wajah nyata dari kehidupan dan transformasi ekonomi, yang berubah sangat dinamis bahkan terkadang sangat cepat. Setiap kota punya karakter sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan ekonomi tertentu. Â
Dari waktu ke waktu tumbuh dan berkembang menyesuaikan diri dengan kondisi internal dan pengaruh eksternal. Kota sekarang, dulunya adalah wilayah industri. Kini area industri cepat atau lambat, harus berpindah, kalah berkompetisi oleh sektor jasa dalam penggunaan lahan. Kota-kota yang berkembang mengandalkan sektor jasa-jasa dan penunjangnya.
Saat mengunjungi kota Kaohsiung bulan lalu. Saya berjalan-jalan ke suatu obyek wisata, tepatnya wisata seni, di suatu kawasan pelabuhan laut. Ini adalah pelabuhan lama, yang disulap menjadi tempat seni, festival atau atraksi pertunjukan seni. Pemerintah Kaohsiung telah punya pelabuhan baru, mengantisipasi lalu lintas ekonomi yang maju pesat di kota ini.Â
Pelabuhan Kaohsiung berada di peringkat 12 dunia sebagai pelabuhan tersibuk. Kaohsiung adalah kota terbesar ke dua setelah Taipei, berhadapan dan bersaing dengan pelabuhan di daratan Cina. Â Pelabuhan lama kini menjadi tempat atau obyek seni yang sangat populer, hingga ke manca negara
Kawasan pergudangan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan untuk perkantoran, media pengetahuan, atraksi seni, hiburan dan kuliner. Sebagian gudang dibiarkan asli alami agar berkesan "jadul", sebagian lainnya diberi cat atau sketsa dengan warna dan motif yang artistik. Ada musium kereta api Hammasen bagi yang tertarik dunia keretaapi. Untuk yang suka uji nyali, bisa masuk ke gudang yang ada wahana rumah hantu. Atau sekedar ngopi di salah satu cafe.
Sarana transportasi ke arah Pier-2 sudah sangat memadai.  Saat kesana, saya menggunakan Mass Rapid Transit  (MRT) (kereta bawah tanah) dari tengah kota, kemudian nyambung dengan Light Rail Transit (LRT) (ke arah pelabuhan).  LRT nampak masih baru, berupa kereta listrik di permukaan tanah dengan hanya dua gerbong. Â
Pengunjung tidak lagi membayar LRT, karena sudah include dengan tiket MRT. Â Sepanjang perjalanan LRT, pengunjung disuguhi pemandangan kota dan lingkungan pelabuhan yang artistik. Â Tata kota ke arah pelabuhan didisain untuk jasa-jasa, hiburan, dan wisata seni, budaya, teknologi, iptek dan berkesan futuristik.
Wajah-wajah tua kota di Indonesia, tidak ada salahnya untuk berubah. Â Pemerintah kota dapat membuat pilihan-pilihan menuju kesana, dikaitkan dengan manajemen tata kota, serta kemampuan pekerja seni budaya. Â Wajah tua kota perlu disulap menjadi ruang kota yang artistik, memuat pendidikan dan menghibur.
Malang, 26 September 2017
Penulis menulis buku:
- Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 978-602-9033-31-1
- Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta. ISBN 979-3330-90-2Â
- Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1Â
- Iwan Nugroho. 2016. Kepemimpinan: Perpaduan Iman, Ilmu dan Akhlak. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 9786022296386
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H