Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Coban Tengah, Malang: Air Terjun yang Lembut dan Eksotik

4 Juli 2017   20:45 Diperbarui: 6 Juli 2017   21:24 3282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air Terjun Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)

Potensi kekayaan alam kabupaten Malang memang luar biasa. Hal ini memberikan potensi bagi wisata alam, khususnya dari wilayah pegunungannya. Wilayah kabupaten Malang menjadi hulu bagi sungai-sungai kecil, yang kemudian menyatu menjadi sungai Brantas. Sungai-sungai kecil di hulu, dengan fisiografinya, banyak menciptakan air terjun yang unik, eksotik dan indah.

Salah satunya adalah Coban Tengah, yang masuk wilayah di desa Pandesari, kecamatan Pujon, kabupaten Malang, terletak di koordinat -7.891653, 112.475420.  Coban tengah terletak di atas wana wisata Coban Rondo yang sudah lebih dulu dikenal.

Peta lokasi Coban Tengah, Malang (googlemap)
Peta lokasi Coban Tengah, Malang (googlemap)
Tidak jelas mengapa air terjun ini dinamakan coban Tengah.  Yang jelas, Coban Tengah terletak di antara dua air terjun, yakni Coban Manten di atasnya (hulu) dan Coban Rondo dibawahnya (hilir).

Saya berkesempatan berkunjung ke Coban Tengah, pertengahan bulan Mei 2017, dalam rangka studi lapang ekowisata bersama 20 mahasiswa prodi S2 lingkungan program pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang.  

Jalan menuju Coban Tengah adalah sejalan dengan wana wisata Coban Rondo.  Keduanya dalam satu pengelolaan oleh Perhutani. Setelah masuk pintu gerbang Coban, kurang lebih sekitar 500 m ada pertigaan,  masuk ke kiri dengan rambu arah yang jelas.  Dari sini, jalan ke arah Coban Tengah sejauh 2 km belum beraspal, masih berupa tanah, yang licin di musim penghujan.  Pengunjung sebaiknya naik motor atau trail dengan melewati jalanan selebar 3 m dikelilingi vegetasi pepohonan hutan pinus.

Pos Masuk Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Pos Masuk Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Berfoto di Pos Masuk Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Berfoto di Pos Masuk Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Prasasti di Pos Masuk Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Prasasti di Pos Masuk Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Perjalanan menggunakan motor berhenti di suatu pos kecil.  Disini pengunjung membayar tiket masuk, dan memarkir motor.  Pada pintu masuk tertulis kata bijak: No signal No Worry, Feel the Nature in Harmony.  Perjalanan selanjutnya dengan berjalan kaki sejauh sekitar 500 m. Pemandangan di sekitar jalanan setapak sangat sejuk oleh alam pegunungan. Pengunjung semakin merasa takjub saat jalanan menyusuri sungai kecil menuju arah hulu sedikit mendaki. Ini adalah sungai yang airnya berasal dari air terjun Coban Tengah. Jalur menyusuri sungai ini mengingatkan saya ketika pergi ke Coban Glotak, air terjun di kecamatan Wagir di Malang ke arah selatan.

Jalanan tidak kurang empat kali menyeberangi sungai kecil.  Pengunjung sebaiknya melepas sepatu atau sandal saat kaki menyentuh air sungai. Seandainya jatuh pun tak apa, karena airnya mengalir lembut dan hanya sebatas betis. Di situlah pengunjung saling tertawa dan bercanda. Suasana yang nyaman ini dapat mengakrabkan dan menciptakan persahabatan.

Menyusuri sungai Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Menyusuri sungai Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Menyusuri sungai Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Menyusuri sungai Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Kecebur.. basah sedikit tak apa agar tubuh lebih mendekat ke alam.  Ini akan heboh bila ada yang sengaja main air dan saling menyiram antar teman.   Nikmati saja sejuknya air pegunungan, sambil menghirup udara segar. Suara satwa hutan yang khas menambah sensasi nikmatnya alam pegunungan. Sekali-kali juga melihat ke atas melihat langit yang tertutup pepohonan tinggi.

Arah kembali dari Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Arah kembali dari Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Di sepanjang sungai itu, ada banyak batuan besar atau kecil. Batuan tergolong batuan beku, terbentuk oleh erupsi vulkanik. Batuan terbawa oleh aliran lava atau aliran sungai selama erupsi. Sementara itu tanah kondisinya gembur, merupakan jenis tanah Andosol.

Suara air sungai mengalir terdengar berpadu dengan sayup-sayup suara air terjun.  Kiranya air terjun Coban Tengah sudah dekat. Lima puluh meter di depan, nampak air terjun dengan sebuah penanda bertuliskan huruf artistik, Coban Tengah; seolah dengan ramahnya menyambut siapa saja yang datang. Gambar ini yang banyak muncul di internet.

Air Terjun Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Air Terjun Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Air Terjun Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Air Terjun Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Secara umum, suasana air terjun Coban Tengah sangat hening dan tenang.  Maklum ini memang di tengah hutan.  Air tejun setinggi sekitar 25 m dengan debit 2000 hingga 5000 liter per detik. Ini lebih kecil dibanding arus di Coban Talun (di kota Batu) atau Coban Rondo. Aliran air seolah melewati selokan pada dinding bukit di ketinggian.

Ruang area sekitar air terjun tidaklah luas, hanya sekitar 300 m persegi, sementara genangan air seluas 150 m persegi. Hal ini diperkirakan hanya memuat sekitar 100 pengunjung, lebih dari itu maka Coban Tengah akan nampak penuh sesak.

Air Terjun Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Air Terjun Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Air Terjun Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Air Terjun Coban Tengah, Malang (koleksi pribadi)
Namun justru di situ letak kelembutan Coban Tengah. Arusnya yang relatif kecil, memungkinkan pengunjung dapat mendekat air terjun, berendam atau beraktivitas di dekatnya. Justru ini yang berkesan sangat bersahabat. Hempasan airnya justru nyaman di tubuh. Inilah keindahan dan eksotiknya Coban Tengah, selain faktor pemandangan sekitar dan udara sejuknya. Para pegunjung kemudian dapat memainkan gadgetnya, untuk mengabadikan momen yang unik ini.

Malang, 4 Juli 2017

Catatan: Semua foto adalah koleksi pribadi

Penulis menulis buku:  

  • Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 978-602-9033-31-1  
  • Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta. ISBN 979-3330-90-2 
  • Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1 
  • Iwan Nugroho. 2016. Kepemimpinan: Perpaduan Iman, Ilmu dan Akhlak. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 9786022296386

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun