Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menulis Cinta, Itu Ibadah

12 Juni 2017   00:02 Diperbarui: 3 Juli 2017   20:13 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (https://quotefancy.com)

I always feel a responsibility to the people I write about. I feel obligated to portray them in the way they feel is proper. Heather Graham Pozzessere

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh kebaikan dan keberkahan.  Umat muslim mengisi dengan berbagai aktivitas ibadah.  Semua sedang berlomba-lomba meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, juga meningkatkan amalan dalam hubungan sosial.  Masjid dan mushola menjadi ramai, sedekah melimpah, makanan dan minuman untuk berbuka mengalir dari berbagai pihak.

Itu semua adalah perwujudan cinta dari umat dalam menjalankan perintah Allah dan RasulNya.  Cinta itu menghasilkan kepedulian, hasrat untuk berbagi, ingin membahagiakan orang lain.  Cinta yang menggerakkan jiwa dan raga setiap muslim menjadi pribadi yang bertaqwa, untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana teladan nabi Muhammad.

Perasaan cinta itu perlu dibawa ke dalam untaian kata dan kalimat seorang penulis.  Seorang penulis harus melihat manfaat apa yang dapat diberikan kepada pembaca.  Setiap pilihan kata harusnya memiliki cita rasa yang enak, style menulis membawa perasaan senang, fokus memberikan kesejukan, dan subtansi tulisan menambah ilmu dan pemahaman pengetahuan bagi pembaca.

Untuk itu, penulis juga perlu belajar banyak memahami pembacanya.  Penulis melakukan pengendalian diri hingga pada keadaan tertentu, perlu menggali ilmu lebih dalam, menambah intelektualitas, agar menemukan hal-hal yang jernih, obyektif dan kemanfaatan bagi banyak orang.  Penulis harus mengasumsikan ada pembaca yang lebih baik dari dirinya.  Mereka ini juga harus memperoleh manfaat dari tulisannya.  Penulis harus punya rasa malu, bila terdapat kesalahan, apalagi dibaca oleh guru atau orangtuanya. Guru itu secara moral menanggung malu karena muridnya tidak bisa mengendalikan diri.  Ini saya sebut sebagai akhlak yang harus dimiliki seorang penulis.

Dalam banyak hal menulis mirip dengan berucap, yang bisa tidak terkendali atau emosi. Emosi dalam berucap dampaknya hanya kepada orang yang mendengar.  Namun tulisan yang emosional, provokasi, hoax, atau  membenci dampaknya bisa tidak terkendali.  Apalagi tulisan itu sengaja dimuat di media online atau website tertentu, kemudian sengaja dishare di media sosial.  Tulisan seperti itu, dapat memutus silaturahmi dan menciptakan disintegrasi umat.

Bulan penuh berkah ini dapat menjadi wadah untuk merenung, khususnya para penulis atau pengguna media sosial.   Momentum ramadhan dapat menjadi waktu yang pas untuk refleksi diri dan meluruskan niat dalam menulis atau menggunakan media sosial. Dengan kata lain, menulis dapat pula diniatkan sebagai ibadah.  

Bagaimana cara menulis sebagai suatu ibadah?

Menghadirkan cinta. Menghadirkan perasaan cinta kepada Allah dan RasulNya memandu seseorang selalu dalam ketundukan dan kerendahan hati.  Sikap ini membuat manusia, pikiran dan hatinya tidak bermakna apa-apa.  Ini diwujudkan dengan bahasa tulisan yang mengecilkan keduniaan, dan sebaliknya bermuara kepada pujian dan penghambaan kepada Allah, memuliakan Rasul, dan penghargaan kepada makhluk.

Jangan reaktif atau baper.  Seorang pembaca atau penulis tidak boleh reaktif.  Sifat ini dimiliki oleh orang pemarah atau melankolis. Bila seseorang sedang marah atau emosi, harus dijauhkan dari media sosial, karena ia tidak akan bisa menulis dengan jernih.  Mengapa demikian?  Karena pena seorang penulis bisa sangat tajam, menghujam atau bisa memilukan.  Tulisan seorang pendendam bisa menghasut dan memecah belah.  Tulisan orang melankolis bisa menghadirkan kedukaan.  Tulisan orang yang baper bisa menghadirkan perasaan lebai bagi pembacanya.  Tulisan orang yang kepo membawa pembacanya jengkel atau nyinyir. Memang, apa yang sedang dialami seorang penulis bisa mempengaruhi pembaca.

No tears in the writer, no tears in the reader. No surprise in the writer, no surprise in the reader. Robert Frost

Mengajak pembaca kepada kebaikan.  Sebaik-baik tulisan adalah yang dapat mengonstruksikan kehidupan, membawa manfaat dan meningkatkan produktivitas sosial..  Tulisan seperti ini pasti positif dan menginspirasi bagi pembacanya, meski mungkin bersifat normatif atau tidak memberi manfaat langsung. Tulisan mengajak orang untuk berubah, menjadi lebih baik atau lebih produktif. Tulisan ini biasanya diakhiri dengan pengharapan dan doa, atau berpasrah diri berprasangka positif, sebagaimana sabda nabi: "Sesungguhnya Allah berfirman: "Aku sebagaimana prasangka hambaku kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku." [HR.Turmudzi].   

--------------

Banyak contoh-contoh positif dari tulisan yang bernilai ibadah.  Bagi orang tua yang galau ingin anaknya berhasil, maka ia menulis bukan tentang keluh kesah yang diposting di FB.  Tetapi orangtua itu menulis kata atau ungkapan tentang gambaran anak yang menyenangkan, penyejuk jiwa bagi kedua orangtuanya.  Ia kemudian berdoa dan memanjatkan pengharapan kepada Allah dari kisah kehidupan keluarga Luqman (Surat Luqman). 

Bagi politisi, pegawai atau pekerja yang kariernya tidak beranjak naik, ia tidak perlu membuat fitnah atau mengeluh di media sosial.  Ia tidak perlu mengkritik membabi buta.  Itu akan merendahkan dirinya sendiri, dan menyempitkan rejeki. Peluang kebaikan akan menjauh dari dirinya. Sebaiknya, ia dapat menulis hal-hal yang positif, yang memotivasi dirinya untuk sabar dan berkinerja lebih baik.  Ia harus menunjukkan cinta dan kepedulian, memperbaiki hubungan sosial, dan merubah perilaku menjadi positif sebagaimana kolega yang kariernya sukses.

Bagi seseorang gadis ingin mendambakan jodoh, maka tulisannya bisa berupa puisi tentang keagungan cinta, tulisannya memuji dan doa kepada Alah tentang jodohnya yang sudah tercatat di lauhul mahfuz. 

Dunia ini adalah ciptaan Allah. Sebuah tulisan dengan niat ibadah akan melihat dunia itu lebih indah.  Sebuah tulisan dengan niat ibadah akan melihat manusia sebagai makhluk yang mulia di sisi Allah. "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan". (QS. Al Isra' : 70).

Malang, 11 Juni 2017

Tulisan terkait:

  1. Menulis itu berteman
  2. Ingin karier lebih sukses, menulislah
  3. Ayuk menulis di kompasiana
  4. Sulitnya mengajak orang lain menulis
  5. Semua berawal dari membaca
  6. Belajar menulis dari ibu
  7. Enam kelebihan pada diri penulis
  8. Kemerdekaan itu dari menulis
  9. Pemimpin, anda perlu belajar banyak dari penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun