Wisata ke Gili Labak sudah mulai dikenali wisatawan. Â Banyak sekali tulisan yang memuat keindahan, keunikan atau kesan mendalam terhadap pulau Gili Labak. Â Pulau kecil seluas sekitar 5 ha itu makin diminati wisatawan. Â Nama kabupaten Sumenep ikut populer dengan keberadaan wisata pulau Gili Labak.
Namun ada sisi kehidupan yang lebih indah dengan menginap di pulau Gili Labak. Â Pemandangan sore atau senja, malam, shubuh hingga pagi menampakkan hal yang lebih berkesan. Â Kami menikmatinya, ternyata sungguh luar biasa. Â Apa saja aktivitas itu?
- Keliling pulau. Â Pulau Gili Labak memang kecil, bahkan tidak nampak di googlemap. Â Panjang garis pantai atau keliling pulau hanya sekitar 1200 m. Tidak perlu kuatir letih untuk mengelilingi pulau. Â Medannya juga ringan. Â Namun jangan heran kalau wisatawan mau berlama-lama mengelilingi pulau ini karena pemandangannya menakjubkan. Â Sebentar-sebentar pasti akan mengabadikan kamera pada semua tempat, di air, pasir atau vegetasi.
- Main bola di pantai. Â Pantai pasir Gili Labak sangat bersih dan lembut. Â Langkah kaki terasa empuk di pasir meninggalkan bekas telapak yang lembut. Â Ini nyaman untuk berlarian atau bermain bola. Â Saat tubuh terjatuh pun, sangat lembut. Â Mahasiswa dengan membuka baju sangat menikmati olahraga ini.
- Berenang di pantai dan menikmati sunset. Â Setelah main bola, saatnya menyegarkan badan dengan berendam, berenang atau bermain air di pantai. Â Suasana senja menciptakan langit temaram yang indah. Â Terlebih air laut yang hampir tanpa ombak, menciptakan suasana tenang dan nyaman.
- Makan malam. Â Nah ini yang ditunggu. Â Setelah seharian tenaga terkuras dengan berbagai aktivitas, kami menikmati makan malam di udara terbuka malam hari. Â Listrik disel cukup terang memberi cahaya di sekitar gazebo pantai. Â Menu ikan bakar memberi semangat untuk menyantap hidangan malam. Â Menu makan di Gili Labak semuanya nikmat, selalu ada ikan dengan beragam masakan. Â Ibu Rini si pemilik warung nampaknya trampil memasak dan menguasai selera wisatawan.
- Berdiskusi dan bercanda di bawah kolong langit. Â Nah, asal tidak hujan, maka menghabiskan malam di udara terbuka sungguh nyaman. Â Udara malam memang tidak seberapa dingin, nyamuk juga pas liburan mungkin he..he. Â Para mahasiswa sebagian menghabiskan malam di gazebo, di hammock atau di udara terbuka. Â Sebelumnya kami agendakan untuk berdiskusi dengan pemilik warung dan tokoh lokal untuk bercerita perihal kehidupan di Gili Labak.
- Menikmati matahari terbit. Â Di pagi hari, ayam berkokok memanggil. Â Kami pun terbangun untuk bergegas menyongsong matahari. Â Berjalan sekejap sekitar 300 m, sudah bertemu pantai di bagian lain yang menghadap ufuk. Â Kami pun berjalan, sendirian, sendirian saja seperti sejak kemarin sore. Â Mendung menggelayut matahari sehingga sinarnya tertutup dan membias. Â Tetap saja indah. Â Langit kemerahan nampak eksotik dan menarik, menciptakan bayang dan siluet pagi hari.
Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar-Rahman)
Malang, 26 April 2017
Penulis menulis buku: Â
- Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 978-602-9033-31-1 Â
- Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta. ISBN 979-3330-90-2 Â
- Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1 Â
- Iwan Nugroho. 2016. Kepemimpinan: Perpaduan Iman, Ilmu dan Akhlak. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 9786022296386
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H