Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Bukit Jaddih dan Arosbaya, Bangkalan, Perlu Sentuhan Edukasi

24 Maret 2017   16:56 Diperbarui: 25 Maret 2017   01:00 19923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukit Jaddih (atas dan bawah, koleksi pribadi)

Pada tahun 1970an, saat saya masih SD, guru pengetahuan umum (sekarang geografi) sering menjelaskan tentang adanya gunung kapur di pulau Madura.  Saat itu bila melihat peta (atlas berwarna), di sekitar Bangkalan ada dataran tinggi.  Itulah kira-kira pegunungan kapur, mirip dengan pegunungan kapur di Gresik, Tuban, atau Kendeng (Bojonegoro), yang semuanya berposisi di bagian utara Jawa. 

Bukit Arosbaya (koleksi pribadi)
Bukit Arosbaya (koleksi pribadi)
Pada jaman itu, saya tinggal di Surabaya.  Secara geografi, Bangkalan sebenarnya sangat dekat dengan Surabaya, tinggal menyeberang dengan kapal ferry dari Tanjung Perak ke Kamal. Namun, sekali lagi saat itu, ..Bangkalan Madura itu terasa jauuuhh.  Lebih dekat ke Lamongan atau Tuban.

peta lokasi (googlemap)
peta lokasi (googlemap)
Kini untuk melihat pegunungan kapur di Bangkalan, atau Madura, rasanya sangat dekat.  Dari Malang atau manapun ke Bangkalan Madura, terasa sama saja jauhnya menuju ke Surabaya.  Jembatan Surabaya Madura (Suramadu) membuat dekat, Madura seolah satu daratan dengan Jawa.

Beberapa kali ke Madura, baru kemarin (9 Maret 2017) menyempatkan diri melihat bukit kapur Jaddih dan Arosbaya.  Sebagaimana cerita banyak orang, saya pun terpesona dan takjub dengan wisata bukit kapur ini.  Saya pun bersama teman-teman satu rombongan larut untuk menikmati keelokan dan keunikan wisata bukit kapur Jaddih maupun Arosbaya.

bukit-kapur-58d4e7c5b07a611a027fded0.jpg
bukit-kapur-58d4e7c5b07a611a027fded0.jpg
Bukit Jaddih (atas dan bawah, koleksi pribadi)
Bukit Jaddih (atas dan bawah, koleksi pribadi)
Pemandangan di bukit Jaddih sungguh luar biasa.  Bukit kapur ditambang, digali dan dibuka, menciptakan lansekap buatan yang cukup indah.  Ada bukit yang nampak memiliki pintu atau jendela.  Ada ruang terbuka yang memiliki kolam.  Ruang terbuka itu bisa jadi tempat teater terbuka.  Bukit dibentuk seperti bangunan bertingkat, besar dan bagus.

Di bukit Arosbaya lebih unik lagi, wisatawan seolah diajak berjalan masuk lorong diapit bukit kapur.  Ini seperti berada dalam jaman abad pertengahan, dimana orang masih mengandalkan hutan dan alam untuk tempat tinggal dan menggantungkan kehidupan.  Apalagi saat masuk ke dalam rongga atau goa bukit.  Suasana jaman gothic sangat terasa, dengan disain interior ruang yang tinggi dan luas, dengan warna dan kesan yang gelap.  Kandungan besi membuat batuan kapur di Arosbaya berwarna lebih kemerahan dibanding di bukit Jaddih.

bukit-kapur6-jpg-58d4e80e6ea8345a068b4567.jpg
bukit-kapur6-jpg-58d4e80e6ea8345a068b4567.jpg
Ruang dalam (atas) dan luar bukit (bawah) Arosbaya (koleksi pribasi)
Ruang dalam (atas) dan luar bukit (bawah) Arosbaya (koleksi pribasi)
Bayangan saya, penambangan batuan kapur di dua bukit itu tanpa perencanaan yang matang.  Penambangan dilakukan sesuka penambang, sporadis atau spontanitas.  Wisatawan bisa menyaksikan para pekerja menambang batuan di berbagai tempat.  Itu sebabnya selalu ada kekuatiran tentang keamanan, saat masuk rung-ruang di dalam bukit.  Tidak ada petunjuk atau rambu keselamatan. 

Saat menuju bukit Arosbaya, kesan tanpa pengaturan makin nampak.  Pengunjung harus berhati-hati untuk membawa kendaraannya karena jalannya hanya pas seukuran mobil, alias sempit.  

Dengan perencanaan penambangan yang matang, serta pengaturan posisi, saya membayangkan bukit kapur ini bisa diarahkan menjadi stadion, kolam renang, hotel atau mungkin sirkuit F1, atau bangunan lain yang mentereng dan indah.  Ini hanya bayangan, yang mungkin sulit terealisasi.  Penambangan ini nampaknya secara tradisionil dikelola penduduk lokal.

Perlu sentuhan pendidikan

Namun hati ini rasanya tidak puas dengan hanya melihat-lihat alam dan lingkungan bukit.  Alam sebenarnya bisa bercerita banyak tentang dirinya.  Namun sayangnya alam itu tidak bisa berbicara kepada para pengunjung atau wisatawan.  Tidak ada obyek atau orang yang mampu membantu atau menjelaskan tentang keberadaan dan mengapa dengan bukit kapur ini. 

Ruang interior bukit Arosbaya (koleksi pribadi)
Ruang interior bukit Arosbaya (koleksi pribadi)
Bayangan saya saat kecil tentang bukit kapur, sama seperti kondisi kemarin itu.  Jadinya, saya mencari sendiri, menebak-nebak tentang apa yang sedang terjadi.

Wisata bukit Jaddih dan Arosbaya perlu diberi sentuhan edukasi, khususnya perihal geologi.  Beberapa informasi yang pasti memberi kesan kepada pengunjung antara lain:

  • Faktor keselamatan. Pengunjung atau wisatawan perlu diberitahukan tentang aspek keamanan, jam buka obyek wisata, lokasi-lokasi yang berbahaya, lokasi yang sedang ditambang, termasuk pembatasan jumlah kunjungan.  Informasi keselamatan ini penting agar pengunjung dapat menentukan sikap dan menyesuaikan baik untuk keselamatan maupun keberlanjutan pengelolaan.
  • Manfaat tambang batu kapur.  Pengunjung perlu diberitahu sifat-sifat fisika dan kimia batu kapur, kandungan kimia dan diversifikasi pemanfaatan batu kapur.  Peran iptek sangat penting agar kapur memberi nilai tambah yang tinggi serta upaya konservasi penambangan batu kapur.  Sejauh ini manfaat ekonomi penambangan batu kapur mengalir kepada siapa saja.  
  • Potensi penambangan.  Jumlah kandungan batu kapur di kedua bukit, dan di seluruh Madura, perlu diinformasikan kepada wisatawan.  Ini menjadi pengetahuan untuk membangun sikap pengunjung agar timbul kesadaran tentang konservasi lingkungan.
  • Metode penambangan.  Penduduk menggunakan chainsaw, atau mesin pemotong untuk menambang batu kapur.  Batuan kapur kemudian dibawa dengan mobil atau diangkat/dipikul.  Metode ini perlu disampaikan kepada wisatawan, termasuk kelemahan dan kerugiannya.

Metode penambangan (koleksi pribadi)
Metode penambangan (koleksi pribadi)
  • Pengelolaan wisata.  Bukit kapur ini sejauh mana dikelola dalam aspek iptek, agar memberi manfaat dalam jasa wisata.  Bukan tidak mungkin, suatu saat penambangan dihentikan karena bahan bakunya habis, dan kemudian wisatanya yang berkembang.  Iptek perihal kapur dipastikan memberi manfaat dan nilai tambah yang tinggi dalam jasa wisata.

Malang, 24 Maret 2017

Penulis menulis buku: 

  • Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 978-602-9033-31-1 
  • Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta. ISBN 979-3330-90-2 
  • Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1 
  • Iwan Nugroho. 2016. Kepemimpinan: Perpaduan Iman, Ilmu dan Akhlak. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 9786022296386

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun