Alasan seperti ini sangat dimaklumi. Sama halnya dengan ketika memberi tugas kepada mahasiswa. Senantiasa ada saja alasan untuk menolak atau terlambat kalau diberi tugas menulis. Tapi biasanya, belakangan tugas seperti ini akhirnya selesai juga.
Esoknya, si karyawan melapor lewat WA: “Pak, teloletnya sudah selesai”. Saya tersenyum membacanya. Pelan-pelan saya membaca tulisannya. Lumayan baik, dan cukup berani dan mengalir menggunakan kata dan kalimat. Ini adalah sejenis bahasa anak-anak muda atau mahasiswa sekarang.
Kelebihan generasi muda saat ini adalah perbendaharaan kata yang lebih kaya dibanding generasi terdahulu. Generasi muda saat ini terbiasa berbicara, terdidik dari rumah untuk berani mengekspresikan kepada orangtua atau keluarga. Bahasa Indonesia sudah biasa digunakan di rumah, selain informasi online yang tersedia melimpah, termasuk bahasa Inggris. Sementara pada jaman dulu, tahun 1970an, anak-anak seperti saya lebih banyak menggunakan bahasa daerah (Jawa) bahkan hingga di sekolah. Bahasa Indonesia kami rata-rata berlogat Jawa medok. Kami mendengar bahasa Indonesia hanya dari TVRI atau radio, atau membaca koran.
Jadi sebenarnya, generasi muda saat ini berpotensi besar sebagai penulis. Semua sumberdaya lebih tersedia. Tinggal bagaimana mereka harus didampingi, fokus dan konsisten untuk menulis. Rasanya ada tanggungjawab besar mengajak anak-anak muda untuk trampil menulis. Mereka tidak boleh larut menjadi generasi yang menghabiskan waktu di medsos tanpa manfaat.
Menulis bagi kebanyakan orang memang “berat”, terutama bagi yang tidak biasa. Namun bagi sebagian orang lain, banyak juga yang menikmati menulis. Ia masih sempat menulis meski sangat sibuk. Orang-orang ini biasanya bekerja cepat, suka membaca, berpikir positif dan kemudian membiasakan menulis. Perbendaharaan pengetahuan di dalam pikiran segera dituangkan secara baik ke dalam bahasa tulisan.
Saya sering berpikir bahwa kemampuan menulis dengan baik, dapat menjadi ukuran kinerja seseorang. Pengalaman saya bekerja dengan banyak orang memperlihatkan orang yang berkinerja baik dan produktif, maksudnya penuh inisiatif, teliti, bertanggungjawab dan selesai; biasanya punya kemampuan menulis yang baik; dan sebaliknya. Saya bersyukur bertemu orang-orang produktif ini, dan mereka biasanya memiliki karier cemerlang, dan cepat maju (1).
Itu sebabnya, kehidupan seorang penulis sering dikaitkan memiliki mental produktif (2). Pada diri penulis selalu ada gairah untuk bergerak, berubah, memperbaiki, menghasilkan dan menyelesaikan tulisannya. Gairah itu adalah karakter produktif. Bangsa yang diisi orang-orang produktif, khususnya memiliki budaya baca dan tulis yang tinggi, membuat negara menjadi maju.
Sebaliknya negara yang budaya baca dan tulisnya rendah, cenderung kepada produktivitas rendah. Orangnya cenderung bersifat pemalas, tidak serius, dan konsumtif. Sifat konsumtif itu membuat seseorang atau bahkan negara itu menjadi miskin.
Om Telolet Om
Malang, 24 Desember 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H