Saat ini, mungkin juga di banyak tempat, macet selalu menjadi santapan para pengguna jalan. Kemajuan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat meningkatkan permintaan dan hasrat bepergian. Hal ini sangat signifikan terjadi di seputaran kota Malang dan Batu. Lalulintas baik itu mobil atau motor, menuju ke dua kota wisata itu, senantiasa diliputi kekuatiran macet. Itu terutama kalau hari Sabtu, Minggu atau hari libur.
Volume kendaraan masuk ke kota Malang atau keluar dari Malang sangat tinggi. Hampir setiap pagi dan sore hari, lalulintas di Lawang - Singosari (sebelah utara Malang), Kepanjen – Pakisaji (Selatan), Batu (Barat) sangat padat. Solusi komprehensif jangka pendek tentang hal ini belum ada titik temu. Akibatnya kota Malang seolah menjadi penuh sesak, ditambah dengan menjamurnya tujuan wisata di kota Malang dan Batu. Wacana membuat jalan bypass masih wacana, yakni jalan Tol Malang – Pandaan, jalur Malang barat Wagir – Batu, atau jalur Lawang – Batu.
Karena itu, siapa saja yang akan melewati kota Malang atau Batu perlu membaca ritme lalu lintas secara tepat. Di hari libur, jam-jam macet masuk ke kota Malang dan Batu, yakni pagi hari (antara jam 7.00 – 10.00), oleh masuknya pengunjung dari luar kota. Sementara, jam-jam macet ke luar kota Malang dan Batu sekitar jam 15.00 hingga 20.00, karena pengunjung kembali ke kota asal. Kemacetan itu, dapat memanjang hingga Purwosari - Pandaan (arah utara), ke Pujon – Ngantang (Barat) atau ke Kepanjen (Selatan).
Bagaimana dengan lalu lintas yang numpang lewat kota Malang dan Batu, misalnya pengangkut bahan pokok dari Kepanjen ke Pasuruan, Jombang ke Kepanjen, atau Surabaya ke Blitar dan sebaliknya. Ini juga yang menambah pelik. Bila tidak ada jalan keluar, pengguna jalan harus sabar dan ikhlas menerima kondisi macet itu. Sebuah truk besar bisa jadi perlu 2 jam untuk masuk hingga keluar kota Malang (sepanjang sekitar 15 km), sementara saat lancar perlu sekitar setengah jam saja.
Anda yang suka mengemudi, jalankan kendaraan dengan santai. Ajak keluarga melihat pemandangan sekitar. Jalanan yang berkelok dan naik turun sepanjang sekitar 25 km itu memberi sensasi dan pandangan yang menakjubkan. Banyak tempat wisata yang perlu dikunjungi, misalnya waduk Nyunyur (Desa Nyunyur), wisata kebun kopi (PT Kismo Handayani) dan teh (PTPN XII), telaga Rambut Monte (desa Krisik), Bendungan Selorejo (Perum Jasa Tirta) atau rafting.
Terasa benar wilayah ini sudah berkembang dan maju. Rumah penduduk yang cukup bagus dan permanen berjajar di tepi jalan, dan beberapa menjalankan usaha toko atau warung makan. Di sekitar pemukiman tersedia lampu penerangan untuk membantu pengguna jalan. Namun di tempat yang jauh dari pemukiman, penerangannya terbatas, sehingga mengesankan suasana sepi seperti di hutan atau kebun.
Kondisi jalanan di beberapa tempat tidak mulus, karena aliran permukaan saat hujan. Bila jalur Ngantang – Wlingi ini diperbaiki, diperlebar atau dibuat nyaman, akan lebih banyak kendaraan masuk lewat jalan ini. Fungsinya sebagai jalan alternatif menjadi lebih optimal untuk mengatasi kemacetan atau kepadatan lalulintas di sekitar Malang dan Batu.
Malang, 13 Desember 2016
Salam @iwanuwg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H