Seorang teman bertanya: “Apakah menulis itu bakat atau ketrampilan yang bisa dilatih? Mengapa saya sangat kesulitan untuk menulis, pokoknya macet..nggak bisa lancar menulis”. “Saya ini bisanya nagih hutang”, lanjutnya sambil berseloroh.
Teman tadi adalah seorang pengusaha, tergolong berhasil. Ia mendalami bisnis pengolahan pangan, memiliki pabrik dan karyawan, dan sudah memasarkan produknya dalam bentuk frozen ke luar propinsi. Ia juga terus mengembangkan usaha ke sumber bahan pangan lainnya. Ia serius menjalani usaha dengan menambah ilmu, termasuk menyelesaikan studi magister pangan.
Teman tadi bertanya sambil bergurau setengah serius. Ia ingin sekali bisa menulis, tapi banyak terkendala. Penulis akhirnya jawab, bahwa setiap orang diberi kelebihan masing-masing, ada yang diberi kelebihan dalam menulis, ada yang lihai berbisnis, ada pula yang karyawan duduk manis.
Seorang pengusaha seperti teman tadi, pastilah orang yang pekerja keras. Pengusaha dituntut serba bisa, mulai dari ide, merencanakan, mengoperasionalkan, mengendalikan, dan memperbaiki untuk memastikan usaha bisnisnya sesuai rencana. Apalagi bagi pengusaha pemula, maka ia berfungsi sebagai manajer produksi, manajer SDM, manajer keuangan, manajer pemasaran, termasuk manajer keluarga. Ia dituntut serba bisa, atau punya kompetensi yang kumplek, atau orang yang multi kompeten.
Jaman saat ini, kalau ingin maju, maka seseorang harus punya multi kompetensi. Penguasaan multi kompetensi ini akan mempercepat, mengefisienkan, dan mengefektifkan seluruh aspek kehidupan, pekerjaan dan sosial kemasyarakatan. Teladan nyata tentang multi kompetensi adalah pada teman pengusaha tadi.
Hanya entrepreneur yang punya multi kompetensi. Entrepreneur tidak mesti dihubungkan hanya kepada pengusaha saja, tetapi juga entreperneur sosial dan entrepreneur birokrat. Mereka bekerja keras dan sungguh-sungguh dengan multi kompetensi untuk menjalankan tugasnya.
Saat ini banyak pegiat sosial yang juga sukses dan maju. Banyak aktivis sosial dengan bekal keilmuan dan pendekatan sosial, mampu memberi nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat. Tokoh-tokoh itu umumnya pribadi yang arif bijaksana, namun juga memiliki ilmu pengetahuan, dan paham tentang dunia kekinian. Mereka bermitra dengan siapapun untuk bersama-sama memberi kemanfaatan untuk umat.
Demikian juga, banyak juga birokrat atau bupati atau walikota yang maju. Mereka mampu memanage daerah dengan leadership dan trust, serta pendekatannya ke stakeholder untuk bahu-membahu membangun daerah. Banyak bupati, walikota, atau gubernur menguasai dan mengakses medsos, serta terbuka terhadap masukan untuk membangun daerah
Kompetensi apa yang harus dikuasai agar berhasil menjalankan tugas.
Pertama kompetensi pengetahuan dan pemahaman agama. Seseorang perlu memiliki landasan etika dan moral untuk modal mengambil sikap dan keputusan. Agama memandu lahirnya kepercayaan, leadership, kearifan, dan kesabaran. Moral dan etika agama mampu diimplementasikan untuk membangun harmonisasi hubungan manusia dengan alam, manusia dengan manusia, manusia dengan teknologi, di atas landasan kebenaran dan keadilan.
Kedua kompetensi keilmuan. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi melahirkan pendekatan atau metodologi memahami masalah, pendekatan dan solusi permasalahan. Ilmu dan teknologi perlu dikuasai agar seseorang fokus dan paham menyelesaikan masalah. Keilmuan ini harus dikuasai dan dikembangkan sepanjang hayat, sekaligus untuk mengantisipasi perubahan yang akan terjadi.
Seseorang perlu menguasai perihal pengetahuan ekosistem, ekonomi, manajemen, sosiologi dan globalisasi. Ilmu itu dapat mengasah kepekaan untuk melihat fenomena yang sedang terjadi, dan mengambil sikap yang tepat
Tiga, kompetensi teknologi informasi dan komunikasi. Seseorang perlu menguasai TIK, agar hidupnya menjadi mudah dan efisien. Seseorang perlu menguasai dunia website, excel, video dan audio dan cara bekerjanya untuk membantu manajemen, komunikasi dan pengambilan keputusan. Gadget perlu dikuasai untuk mendukung kinerja dan bekerja. Rasanya sangat tidak nyaman mempunyai teman yang masih gaptek, seolah masih hidup di dunia lain.
Empat, kompetensi bahasa asing. Bahasa Inggris, Arab, Cina, Spanyol atau bahasa asing lain perlu dikuasai agar dapat mengenal dunia luar sana. Rasanya senang mendengar anak-anak muda sekarang, yang mau maju, inginnya sekolah atau merantau di negeri orang. Penguasaan bahasa asing bukan saja menjadi kompetensi tersendiri, tetapi membantu mengakses kompetensi iptek secara cepat, selain kompetensi penguasaan budaya (cross culture competence).
Lima, kompetensi akhlak dan kesalehan sosial. Mengembangkan akhlak adalah level kompetensi tertinggi. Ini adalah level dimana seseorang memberi manfaat kepada lingkungannya. Persoalan pada dirinya sudah selesai, yang ada adalah untuk kemanfaatan orang lain. Ini merupakan kematangan seseorang, hasil dari fungsi otak kanan yang terlatih dan optimal. Kompetensi akhlak dan kesalehan sosial ini dimiliki oleh para pemimpin yang arif, yang amanah dan senantiasa memberi solusi.
Penguasaan multi kompetensi adalah solusi kehidupan. Seseorang tidak boleh berpuas dengan kompetensi yang saat ini dimiliki. Ia harus belajar, merubah cara berpikirnya, untuk menambah kompetensi lainnya. Mengeluh atau menyalahkan adalah pertanda tidak mampu. Seseorang perlu dan wajib belajar dan banyak membaca perihal agama, ekonomi, ekosistem, globalisasi, TIK, menguasai bahasa asing, dan melatih otak kanan.
Penguasaan multi kompetensi perlu diwariskan. Kompetensi perlu dituliskan agar dapat dibaca, diwariskan atau dipelajari generasi muda. Anak-anak muda perlu didorong untuk masuk ke suasana belajar, berkompetisi, dan beraktivitas (serba bisa) apa saja. Mereka perlu diberi kesempatan dan tantangan untuk maju dan berkembang.
Malang, 26 September 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H