Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Eksotiknya Festival Gandrung Sewu, Banyuwangi

23 September 2016   22:37 Diperbarui: 25 September 2016   17:44 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tari gandrung sewu (koleksi pribadi)

Hari Sabtu (17 September 2016) minggu yang lalu, saya mendapat kesempatan menonton Festival Gandrung Sewu, di Banyuwangi.  Festival ini rupanya acara tahunan, sudah digelar sejak tahun 2012.  Tiket telah disiapkan oleh teman yang tinggl di Banyuwangi.  Memang, nama Banyuwangi makin saja kesohor dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini.  Faktor kedekatan jarak dengan Bali, mampu dioptimalkan menjadi wilayah tujuan alternatif wisata selain Bali.

Istilah gandrung memang melekat dengan budaya Blambangan, Osing atau Blambangan.  Kekuatan budaya ini menjadi potensi wisata dan menarik wisatawan pergi ke Banyuwangi.  Tarian gandrung sudah banyak dikenal.  Gandrung, dalam bahasa Jawa bermakna senang, menyukai atau menyintai.

Sekitar jam 11.30, saya sudah berada di pantai Boom, tempat dimana festival gandrung  diselenggarakan.  Saat itu juga mulai berdatangan para penari gandrung, yang kebanyakan berusia sekolah SMP.   Pantai Boom kabarnya akan menjadi andalan lokasi wisata Banyuwangi, mungkin ingin menyerupai pantai Ancol, dimana memiliki wahana air dan fasilitas wisata lainnya. 

Di lokasi festival sudah disiapkan area terbuka atau lapangan seluas sekitar 1 ha. Ini adalah tepat di bibir pantai, dengan latar belakang laut membiru Selat Bali, serta pulau Bali yang berjarak hanya kurang 1 km  dari pantai Boom.  Heran saja,.. lapangan kok begitu luas .. kalau hanya untuk menari.  Siang itu juga panas matahari sangat terik, terbayang betapa tidak nyaman suasananya. 

Undangan festival gandrung sewu ini sebenarnya jam 13.00.  Tapi entah kenapa acara baru terselenggara sekitar jam 15.00.  Beruntungnya, sajian panggung mengalir terus dengan hiburan penyanyi lokal, yang tentu saja menyanyikan musik Banyuwangian. 

Begitu acara dimulai, saya terkaget ketika pembawa acara menjelaskan bahwa jumlah penari yang terlibat mencapai 1200 orang.  Wooow.. ini tari kolosal.  Tema cerita tari Gandrung Sewu ini adalah Seblang Lukinta, yang memiliki makna berjuang melawan penjajahan Belanda.  Tema ini mungkin masih berkaitan dengan peringatan hari kemerdekaan di bulan Agustus.

Tari gandrung sewu (koleksi pribadi)
Tari gandrung sewu (koleksi pribadi)
Menonton tari kolosal memang kesempatan langka.  Tari-tari sejenis ini biasanya diadakan di dalam stadion sepak bola, misal saat pembukaan turnamen olah raga seperti PON atau PORDA.  Saya pernah melihat tari kolosal tahun tujuhpuluhan di Taman Candra Wilwatikta Pandaan, atau saat menikmati The Romance of the Song Dynasty, Hangzhou, Cina.  Tapi tari kolosal Gandrung Sewu ini tidak kalah menariknya,.. spektakuler. Jumlah penarinya juga amat banyak, lebih dari seribu, kebanyakan perempuan. Terlebih ini dilakukan oleh kebanyakan siswa SMP.  Mungkin nama Gandrung Sewu, diambil dari jumlah penarinya yang mencapai jumlah seribu.

Tari gandrung sewu (koleksi pribadi)
Tari gandrung sewu (koleksi pribadi)
Paduan gerak tari dan musik Gandrung memang sungguh memukau.  Anak-anak SMP ini agaknya telah terlatih, dan tentu telah disiapkan dari sekolahnya.  Dinas pendidikan setempat patut diacungi jempol dalam pembinaan dan pengembangan budaya daerah khususnya seni tari. 

Gerak tari dan musik Gandrung nampak seperti perpaduan seni  Bali dan Jawa.  Hentakan-hentakan nada gandrung mirim kecak Bali, termasuk suara para sindennya.  Suara sinden melengking dan menggema berat seolah memberi muatan mistis.  Para penari menggunakan busana kebaya dan atribut seperti kipas dan kain selendang lebar untuk membentuk warna, formasi dan komposisi tertentu.  Kostum busana dan atribut umumnya menggunakan warna dominan merah dan putih. Musiknya pun sangat menghentak, lebih pada irama sampak, yang menekan dan keras.  Mungkin maksudnya untuk mengiringi suasana heroik dalam cerita.

Tari Gandrung Sewu (koleksi pribadi)
Tari Gandrung Sewu (koleksi pribadi)
Sajian Gandrung Sewu di pantai Boom ini memang tepat (lihat disini).  Latar belakang perbukitan pulau Bali, laut biru selat Bali memberikan lansekap alam yang indah.  Warna biru laut, bukit yang kehijauan, serta awan atau mendung, sangat cocok menjadi latar bagi festival yang dipenuhi warna kuning, putih dan merah dari kostum dan atribut penari.  Target mengundang wisatawan asing, mungkin dari Bali, tercapai dengan kehadiran mereka di tamu undangan atau umum.  

Setiap penonton hampir selalu berdiri sepanjang pertunjukan karena ingin menikmati gerak tari yang dinamis di segala arah lapangan.  Tangan penonton diangkat naik hanya untuk memposisikan gadgetnya agar bisa mengabadikan momen kolosal yang amat langka ini.  Gerak para penari memberi kesan yang dinamik, eksotik dan cantik.  Kipas para penari yang serempak digerakkan seolah membentuk formasi gelombang laut, bunga, dan bentuk lain yang indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun