Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mudik Dilanjut Reuni, Mengapa Tidak?

5 Juli 2016   09:50 Diperbarui: 5 Juli 2016   09:57 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Momentum mudik ditunggu banyak orang.  Momentum setahun sekali menjadi media silaturahim.  Semuanya ingin bertemu, berjanji, menyesuaikan jadwal untuk meluangkan waktu kembali ke kota atau daerah asal. Kota asal selalu menjadi kenangan, lingkungannya, orang-orangnya dan kehidupannya.

Sebagaimana lirik lagu Pulang ke Kotamu (1).  Kota asal memang merindukan, penuh memori dan sarat makna.  Kota asal penuh dengan nostalgia.   Pertemanan masa lalu, dengan teman sekolah/kuliah, teman bermain, atau teman dekat, selalu berkesan.  Karenanya, mudik menjadi momentum mengenang kota asal.   Mudik juga untuk reuni, bertemu dengan teman lama atau yang jarang berkumpul.

Apakah ini namanya perubahan budaya, atau lainnya, tidak perlu dipermasalahkan.  Mudik dan reuni telah menjadi fenomena umum.  Umumnya generasi yang pernah kuliah memanfaatkan mudik untuk reuni.  Mereka masuk golongan sosial yang memiliki kemampuan berkomunikasi aktif, atau punya akses internet dan media sosial.  Mereka berinisiatif mengumpulkan teman atau sahabat menyelenggarakan event reuni dan silaturahim.

Tempat reuni pun beragam.  Bisa janjian di warung sederhana (bila masih ada) tempat nongkrong jadul.  Bisa di suatu tempat wisata sambil rekreasi.  Bisa janjian di restoran/hotel dengan daya tampung lebih besar.  Atau juga reuni diselenggarakan di rumah seseorang yang telah disepakati. 

Ada juga reuni sambil mencari kuliner khas/unik kota setempat, misalnya makan nasi pecel, tahu campur, bakso, coto atau rawon.  Tidak perlu yang berharga mahal atau mewah.  Apalagi, untuk generasi 50 tahun, umumnya tidak mementingkan porsi makanan.  Yang penting bisa kumpul dan senda gurau dan gembira.  Waktunya  juga mungkin hanya sebentar.  Selesai makan, pulang.   

Tapi sebelum berpisah...foto-fotoan dulu, tertawa, pasang gaya dan action.  Foto-foto kemudian diupload di media sosial.  Foto dishare ke kawan lain yang mungkin tidak bisa hadir.  Ini yang membuat jadi ramai dan heboh.  Semua memberi komentar positif dan bahkan saling mendoakan.  Doa untuk kesehatan, kebahagiaan dan kesejahteraan.

Fenomena mudik digabung dengan reuni sah-sah saja.  Hal ini justru positif untuk membangun silaturahim, dan memperoleh manfaat silaturahim. Reuni ini juga menghidupkan ekonomi makanan minuman, usaha warung kecil/menengah juga berkembang.  Sharing foto juga ikut mempromosikan usaha makanan minum.

Namun beberapa hal perlu diperhatikan agar mudik reuni memberi hal yang positif.

Pertama, ikhlas dan memaafkan.  Tujuan mudik adalah silaturahim untuk membuka hati dengan ikhlas dan memaafkan kepada siapa saja.  Melebur dosa dan kesalahan masa lalu.  Karena itu, mudik atau reuni harus menunjukkan suasana gembira dan saling menggembirakan.  Mudik menjadi sarana mengisi energi untuk kehidupan dan menatap masa depan yang lebih positif.

Kedua, peduli  dan berbagi kepada yang kekurangan.  Dalam mudik, sangat dianjurkan untuk berbagi dan peduli.  Saat reuni itu, saling bertanya atau menanyakan kabar semua teman.  Yang berkecukupan memberi yang kekurangan.  Sangat disarankan, kalau ada teman yang sakit, kekurangan, atau kurang beruntung, untuk didatangi khusus diberikan perhatian, santunan atau bantuan.

Ketiga, silaturahim keluarga.  Dalam reuni, seseorang dapat saling menanyakan kabar keluarga terlebih kepada orangtua.  Mungkin diantara mereka mempunyai  orangtuanya yang masih hidup.  Bila diperlukan juga dapat mengunjungi keluarga dan orangtua teman tersebut.  Ini pasti amal yang luar biasa.  Dapat pula menanyakan kabar anak, sudah mantu, sudah bekerja atau masih kuliah.  Kabar-kabari ini dapat menginspirasi satu sama lain bagi masa depan keluarga.

Keempat, renungan dan introspeksi.  Setiap orang memiliki jalan hidup masing-masing, ada suka ada duka.  Dalam reuni itu, perjalanan hidup masing-masing teman dapat menjadi pelajaran berharga.  Dari pegalaman itu, rasanya perlu merenung untuk introspeksi perihal perjalanan hidup, usia, keberhasilan/kegagalan, dan kesehatan.  Mungkin ada teman yang lebih dahulu meninggal dunia.  Merenungi usia sangat penting untuk membangun kesadaran akan pendekatan diri kepada Allah.  Sudahkah siap untuk menghadap kepadaNya.

Selamat Idul Fitri 1437 H

Taqobbalalloohu minna waminkum, mohon maaf lahir batin

Malang, 5 Juli 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun